Entri Populer

Selasa, 11 Januari 2011

Akan kubawa hatiku

Sejujurnya...
Aku menerimamu apa adanya
Lalu aku berusaha menjangkaumu kembali. Disaat kau sedikit menjauh. Kita kemudian dalam diam yang panjang. Ada suatu yang tak terungkap tak terbaca di antara gelombang rasa dan pikiran kita.
Aku tahu aku akan ke mana, tapi tak pernah tahu seberapa jauh langkahku mendekatimu. Seberapa jauh dirimu membiarkan aku menghampirimu, atau membiarkan dirimu mendekat padaku.
Lalu langkah-langkahku seakan terhenti di perbatasan antara keinginan dan harapan. Tapi semua sementara, esok aku akan berlari melintasi cakrawala senja di antara gedung-gedung tinggi.
Semua kesementaraan adalah kebiasaan yang kita terima begitu saja. Toh dalam kesementaraan tetaplah durasi berkuasa menentukan titik-titik rasa menggurui dan mengarahkan pada suatu kefanaan yang riil yaitu terjadi pada waktu, pada durasi.
Hingga akhirnya aku harus kembali pada duniaku, realitas yang mencengkeram dan melepasku bersamaan. Akulah penentu arah realitasku. Akulah yang memilih realitasku, akan ku kemanakan rasaku di antara realitas itu. Biarlah ruang dan waktu selalu ada disitu, aku yang menentukan durasi, adalah aku yang menentukan kemana tubuh dan pikiranku kubawa.
Namun, kesementaraan yang terus menerus akhirnya menjadi satu bola lingkar kejadian, satu kesatuan kesan yang menggumul menjadi kristal rasa yang mendalam. Itulah yang aku alami. Hingga kesementaraan tersebut tak dapat dibendung, tak dapat dicegah untuk selalu terulang. Laksana titik hujan yang terus berulang, terus terjadi tetap saja aku tak akan mampu menahan yang terus menerus setiap terjadinya.
Semua organ tubuhku, pikiranku dan rasaku bergerak selaras dengan pikiranku, tapi hatiku tak dapat diselaraskan. Meski jemariku menuliskan ini, tetap saja hatiku mengembara entah kemana, kadang kala ke tempat yang jauh di ujung harapan, kadangkala terjembab didasar keraguan. Segala kejadian yang ramai mengeroyok pikiranku membuatku hendak pergi ke tempat yang tak aku kenal, tapi rasanya tak mungkin, karena tubuhku-otakku tetap tak bisa lepas dari pikiran, dari hatiku yang menarik-nariku padamu, pada dirimu, pada pengalamanmu.
Aku ingin bicara denganmu saat ini, namun belum lagi terjadi. Entah apa yang akan kukatakan selain to console you atau ask you just to listen to me. Sebentar lagi aku beranjak ke tempat lain, ruang dan waktu yang aku jajagi hari-hari lalu. Ruang dan waktu yang membuatku memiliki harap bahwa sejarah yang indah dapatlah terjaga tetap Indah dalam bingkai waktu, dan bentuk ruang yang baru. Karena bagaimanapun di dunia ini tak ada yang benar-benar baru.

Tidak ada komentar: