warna kehidupan

Entri Populer

  • Surat Dari Bayi Yang di Aborsi
    Mama Tersayang Apakah Mama Masih sering murung dan menangis? Aku harap semuanya sudah menjadi lebih baik. Sewaktu aku masih di dalam kand...
  • Setegar Batu Karang
    Banyak orang yang merasa lemah, dan selalu merasa tidak kuat menjalani hidup ini kemudian. Pergilah ke pantai atau ke laut… lihatlah batu ...
  • Ketika Bingung jadilah seperti bunga matahari
    Pernahkah Anda berada dalam kondisi yang sangat membingungkan, di antara beberapa pilihan yang membuat Anda merasa tertekan, dihimpit berba...
  • jadilah sahabat yang menyenangkan
     Secara fitrah, menikah akan memberikan ketenangan ( ithmi’nân/thuma’nînah ) bagi setiap manusia, asalkan pernikahannya dilakukan sesuai de...
  • Rumah Tangga
    Pengertian dari sebuah rumah tangga, adalah hidup bersama dalam satu atap, menjaga keharmonisan dan pengertian. Rumah tangga bukan bera...
  • aku mencintaimu setulus hati
    Sepasang pengantin baru telah selesai melangsungkan sebuah pesta pernikahan. Dua sejoli ini sungguh berbahagia saat mengarungi masa-masa s...
  • Hakikat mencintai
    Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa mendo’akannya walaupun dia tidak berada disisi kita. Tuhan memberikan kita dua kaki un...
  • Bukan Akhir dari segalanya...
    Sometimes the end is just the beginning... Apakah Anda merasa sedih karena sedang berpisah dengan seseorang? Ditinggalkan oleh orang ya...
  • Maafkan aku
    Maafkan aku, jika aku membuat hati kalian tidak terjaga... Sehingga, sangat menggangu waktu-waktu berharga kalian... Maafkan aku, jik...
  • Belajar dari semut dan laba-laba
    Saudaraku, bila anda saat ini sedang sedih dan merasa buntu pikiran dalam menghadapi masalah, mudah-mudahan tulisan ini bisa membantu memb...

Rabu, 22 Desember 2010

Siomay

Bahan:
  • 1/2 kg ikan tenggiri
  • 250 gr tepung kanji
  • 10 siung bawang merah (haluskan)
  • 7 siung bawang putih (haluskan)
  • 1 buah labu siam kecil (parut kasar)
  • 2 sdt lada halus
  • 3-4 sdm gula pasir
  • 4 sdm minyak sayur
  • 2 sdm garam
  • 3 buah telur
  • kulit pangsit/optional
Pelengkap:
  • 10 potong tahu
  • 2 buah pare
  • 1 buah kol
  • 1/2 kg kentang
Cara membuat:
  1. Haluskan ikan, campur dengan bawang merah dan putih yang telah dihaluskan, garam, gula dan minyak, aduk rata
  2. Tambahkan kanji dan labu siam, aduk rata, tambahkan telur satu persatu, aduk kembali hingga semua bahan tercampur rata
  3. Bungkus siomay dengan kulit pangsit/siomay, masukkan ke dalam tahu, pare dan kentang
  4. Kukus hingga matang
  5. Nikmati bersama sambal kacang
Sambal kacang:
Bahan:
  • 1/2 kg kacang tanah goreng, haluskan
  • 1 ons cabe merah keriting + rawit merah (sesuai selera), haluskan
  • 1 buah kentang atau ubi/2 sdm beras diulek kasar
  • 5 buah bawang putih
  • 1/4 kg gula merah
  • 100 ml saus tomat/1 buah tomat merah besar, haluskan
  • garam
  • cuka
  • 1500 ml air/lebih
Cara membuat:
  1. Campur kacang tanah, cabe dan bawang putih yang telah dihaluskan, masak dengan air hingga mendidih, kecilkan api
  2. Tambahkan gula merah dan kentang/ubi rebus yang telah dihaluskan, tambahkan garam dan saus tomat
  3. Masak terus hingga kental dan keluar minyaknya
  4. Tambahkan cuka atau garam jika kurang
  5. Angkat, saus kacang siap digunakan
Diposting oleh Lilis di 01.47 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Masak yuuukk

Telur dadar gulung

Bahan :
  • 3 butir telur
  • Garam, merica bubuk secukupnya
  • 1 sdm mentega
  • 1 butir telur ( untuk pencelup )
  • Minyak goreng secukupnya
Bahan Isi :
  • 1 bh bawang bombay, cincang halus
  • 2 siung bawang putih, cincang halus
  • 1 batang daun bawang, iris tipis
  • 300gr ayam giling
  • 150gr udang, kupas dan cincang halus
Cara Membuat :
  1. Kocok telur, garam, merica bubuk hingga merata.
  2. Panaskan mentega di atas pan dadar.
  3. Tuang 1/3 dari adonan telur, buat dadar tipis. Lakukan hal yang sama hingga adonan habis.
  4. Campur bawang bombay, bawang putih, daun bawang, ayam giling, udang, garam, dan merica bubuk. aduk sampai rata. Bagi adonan menjadi 3 bagian yang sama.
  5. Ambil selembar dadar, letakkan bahan isian. Ratakan. Gulung hingga padat dan rapi.
  6. Bungkus dadar gulung dengan alumunium foil, kukus selama 30 menit hingga matang. angkat
  7. Celupkan dadar gulung kedalam telur kocok. Goreng hingga matang.
  8. Angkat, potong potong dan sajikan.
Diposting oleh Lilis di 01.44 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Masak yuuukk

Roti gulung sosis

Bahan – bahan yang diperlukan :
* 10 potong roti tawar putih tanpa kulit
* 10 bh sosis , kerat melingkar
* 100 gr margarin, lelehkan

Bahan Olesan :

* 3 sdm mayonaise
* 1 sdm saus cabai/saus tomat
* 1 sdt peterseli cincang
* 100 gr keju parut

Cara Membuat :

- Campur bahan olesan, oleskan di permukaan roti. Letakkan sosis di atasnya, satukan kedua sudut roti, beri semat supaya tidak terbuka
- Letakkan semua di loyang yang diolesi margarin, olesi permukaannya dengan mentega/margarin. Panggang sampai roti kering. Angkat, ambil sematnya, hidangkan panas.
Hidangkan selagi hangat
Diposting oleh Lilis di 01.43 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Masak yuuukk

Ayam Mentega

BAHAN :
- 100 gr mentega
- 2 bh bawang bombay besar, 1 dipotong halus, 1 di iris
- 1 kg daging paha ayam tanpa tulang
- 3 sdt jahe halus
- 4 siung bawang putih, hancurkan
- 100 gr parutan almond
- 200 ml yoghurt
- 1 sdt bubuk cabe kering
- 1 sdt bubuk cengkeh
- 1 sdt bubuk kayu manis
- 1/2 sdt bubuk pala
- 1 sdt bubuk kapulaga
- 400 gr sup tomat kaleng
- garam / kaldu ayam blok, secukupnya
- 1 genggam daun ketumbar
- 300 ml krim

CARANYA :
- tumis perlahan bombay dalam mentega hingga kecoklatan. Maukkan bahan – bahan lainnya selain almond, krim dan daun ketumbar.
- masak dalam api kecil sampai ayam matang. Biarkan dingin selama beberapa jam dan simpan dalam kulkas semalaman
- ketika akan di sajikan, panaskan dengan api kecil kari ini, lalu tambahkan almond dan krim.
- pindahkan kari ke dalam loyang panggang dan panggang hingga permukaan nya coklat kehitaman
- sendokan kari ini ke atas piring saji dan aduk supaya warna hitam nya menyebar rata.
- taburi dengan daun ketumbar
Diposting oleh Lilis di 01.40 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Masak yuuukk

Ayam bumbu keremes

bahan:
  • 100 gram daging ayam/ 1 ekor (potong sesuai selera)
  • 3 lmbr daun salam
  • 2cm jahe di memarkan
  • 4 lmbr daun jeruk di potong/sobek2
  • 800 ml air untuk merebus
  • 100 gr lengkuas di parut
  • 2 btg serai,di ambil putihnya lalu memarkan
  • 300 ml air kelapa
  • minyak goreng secukupnya untuk menggoreng
  • asam jawa secukupnya
Bumbu Halus :
  • 4 btr kemiri,di sangrai
  • 12 siung bawang merah
  • 2 siung bawang putih
  • 1 sendok teh gula pasir
  • 2 cm kunyit
  • garam/penyedap rasa secukupnya
Cara Membuat :
  1. Remas remas ayam dengan bumbu halus,asam jawa dan lengkuas parut
  2. lalu tambahkan daun salam dan serai lalu masak sampai setengah matang di atas api sedang
  3. lalu tuang air kelapa masak sampai matang dan bumbu meresap
  4. lalu angkat
  5. goreng daging pada minyak yang telah di panaskan hingga kekuningan
  6. angkat lalu sajikan
Diposting oleh Lilis di 01.38 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Masak yuuukk

Jumat, 17 Desember 2010

Dua Sisi dalam Diri Kita

Seseorang mungkin saja menghiasi hati kita, dengan canda tawanya, dengan cinta kasihnya, dengan perhatiannya. Pada saat itu hanya kebahagiaan dan kebahagiaan yang kita rasakan. Tetapi sadarilah semua orang tidak selamanya dalam keadaan yang sama. Suka dan Duka selalu berganti, senang dan sedih itu satu paket. Jadi seseorang pun dapat berubah menjadi seseorang yang tidak kita harapkan. Ia pun dapat menghiasi kita dengan emosinya, amarahnya, kebenciannya, kekalutannya, keserakahannya, dan mungkin kekanak-kanakannya. dan pada saat itulah ‘neraka’ berada di depan kita. Memang tidak mudah untuk menerima dua sisi kehidupan ini…


Manusia memiliki sifat, dan sifat  itu terdiri dari dua sisi. baik dan buruk. siapa yang biasa melatih sisi baiknya maka kelihatan ia akan memiliki mood yang selalu baik, ia akan menjadi sahabat yang menyenangkan, menjadi orang yang memberikan motivasi bagi hidup kita. tetapi bukan berarti ia tidak memiliki sisi buruk. Sisi buruknya pun dapat muncul sewaktu-waktu, dan karena sisi baiknya telah memberikan aura yang kuat bagi dirinya maka sisi buruk jarang memiliki kesempatan untuk keluar. tetapi jangan senang dulu, begitu sisi buruk ini dapat keluar, ia mungkin akan menjadi sesuatu yang ‘luar biasa’, jadi… sadarilah.. orang yang ramah pun masih memiliki emosi, jangan pancing dia untuk emosi maka bisa ‘meledak’. Orang sabar pun, bisa kehilangan  kesabarannya, jadi jangan pancing dia untuk terus-terusan menahan kesabarannya… hehehhehe…. ternyata susah juga jadi orang baik yah hehehhee… ini juga ’sadari’ dan lihatlah sewajarnya jadi kamu tidak kecewa bila melihat sahabatmu yang paling baik sekalipun masih bisa marah, bisa kesel dan bisa ‘ngamuk’ .


Demikian dengan orang yang memiliki sifat yang kurang baik, bukan berarti dia tidak memiliki sifat baik…, hanya saya ia akan sulit untuk mengontrol sisi baiknya tersebut… karena auranya lebih dominan dengan sisi buruk. Sekuat-kuatnya ia berbuat baik, tetap saja terlihat buruk oleh orang lain, karena ia tidak mampu mengekpresikan sifat baiknya. setulus-tulusnya ia mengerjakan sesuatu tetap masih dilihat tidak tulus oleh mereka yang dibantunya… karena ia pun tidak mampu mengekspresikan ketulusan itu sendiri. Akhirnya ia akan beranggapan dari pada tanggung berbuat baik, lebih baik tidak sama sekali.

Nah sebagai sahabat, sudah sebaiknya kita belajar untuk membantu mereka yang memiliki sifat yang seperti ini untuk memberikan kondisi yang baik kepadanya. memberikan kesempatan kepadanya untuk terus mencoba dan mencoba. Hasilnya jangan kaget, bila sesorang yang dengan tekad yang kuat dan bantuan dari semuanya, bisa berubah menjadi orang yang menyenangkan. karena secara pengalaman orang seperti ini lebih berwarna, memiliki banyak pengalaman, dan begitu menemukan cinta kasih dan kasih sayang yang tulus dari sahabat yang membantunya.. percayalah auranya akan berubah dari merah tua menjadi merah muda… ‘pink’ colour telah mewarnai hidup barunya….


Setelah membaca catatan ini percayalah tidak ada yang tidak bisa berubah, semua bisa menjadi indah atau tidak tergantung bagaimana kita memerankan dua sisi dalam hidup kita. Semua itu butuh perhatian khusus dan tidak mudah.

"Lebih sulit mempertahankan kebaikan, dan lebih mulia lagi mengubah keburukan menjadi keindahan……"

Diposting oleh Lilis di 10.51 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: kaca diri

Harapan

Sejak dilahirkan semua orang memiliki harapannya sendiri, bahkan sebuah embrio pun punya harapan Untuk dilahirkan menjadi manusia, setelah lahir bayi sekalipun punya harapan untuk hidup bahagia.
dari kehangatan yang didapatkannya, pengalaman indah yang mengisi kehidupannya, dan perjalanan menuju kedewasaan, tentunya semua manusia memiliki harapan untuk hidup bahagia. Sampai pada saat terakhir menjelang kematianpun seseorang memiliki harapan untuk meninggal dengan bahagia.


Harapan ada bermacam-macam bentuk… ada harapan yang dapat diterima oleh akal sehat, sampai harapan yang muncul dari hayalan dan fantasi yang tercipta dari pikirannya sendiri.  Ada juga harapan yang kesannya tidak mungkin terjadi tetapi dapat terjadi dan terwujud seperti cerita Cinderllela dan sepatu kaca maupun cerita Putri Salju dengan Tujuh Kurcaci.

Yang sering kita abaikan, dan kurang mendapat perhatian adalah ‘Harapan’ mereka yang sedang sakit parah, atau ‘Harapan’ mereka yang sedang menjelang meninggal. terkadang kita kurang memperhatikan HARAPAN TERAKHIR (last Hope) dari seseorang yang hampir tidak berdaya menghadapi hidupnya dan sedang ‘bingung’ dalam mempersiapkan kehidupan barunya di kelahiran selanjutnya ini.


“Harapan Terakhir” kesannya biasa saja, tetapi kekuatannya luar biasa, sebuah harapan yang tulus baru akan muncul saat menyadari hidupnya tidak akan lama lagi. kadang kedengaran konyol dan lucu mendengar mereka yang hampir koma, memohon untuk makan ice cream, atau menghisap rokok untuk yang terakhir kalinya……. tentunya keluarga tidak akan mengizinkan karena banyak alasan secara medis. tetapi hasil akhirnya kita dapat melihat mereka yang tidak terpenuhi keinginannya biasanya akan semakin sedih dan semakin drop….dan bagi mereka yang dapat memenuhi keinginannya akan terlihat raut wajah sangat bahagia, dan tenang walau kematian pun tidak dapat dihindari tetapi mereka biasanya akan meninggal dengan bahagia.


Dendam, dan kebencian menjadi racun yang sangat berperan disaat-saat menjelang kematian, racun itu dengan cepat menyerang seluruh tubuh dan otak manusia, walau bukan racun sungguhan yang mematikan, tetapi racun ini telah membuat perasaan seseorang berkecamuk luar biasa, segala penyesalan akan datang dan menghantui dirinya, seluruh gambaran kehidupan dan kenangan-kenangan manis dan pahit akan muncul seperti video yang diputar berulang-ulang, dan akan sangat mempengaruhi keseimbangan metabolisme tubuhnya.
maka dari pada itu biasanya keluarga akan berusaha untuk saling memaafkan dari semua kesalahan yang pernah dilakukan.


Biasanya orang yang akan meninggal mengerti benar akan dendam dan benci yang selama ini menghantuinya perlu diselesaikan sebelum ajal menjemput dirinya, maka pihak keluarga bila  mengetahui ada seseorang yang selama ini menjadi beban hidupnya  dapat membantu dnegan mempertemukan mereka tetapi dengan kehendak baik penuh cinta dan pintu maaf yang terbuka lebar.
selesaikanlah semua dendam dan kebencian ini sebelum semuanya terlambat……


Memperoleh pancaran cinta kasih, kedamaian, dan kesejukan jiwa, inilah Harapan terindah yang diinginkan semua mahluk di dunia. Marilah kita pancarkan cinta kasih pada sesama, memberikan pesan kedamaian pada semesta alam, memberikan air kesejukan jiwa bagi mereka yang dahaga. Dan yang terpenting adalah dapat menerima kenyataan yang datang padanya apapun juga. Harapan yang terwujud maupun harapan yang tidak pernah kunjung tiba, semua adalah milik kita yang harus kita syukuri.
Bila harapan itu tidak dapat terwujud tidak perlu patah semangat, dan dapat menerima realitas hidup dengan tetap berjalan pada keindahan, ketenangan, kedamaian dan tetap semangat memunculkan harapan-harapan yang baru..


Berharap bukan berarti menjadi pemimpi, berharap tanpa harus melekati…..
siapa yang senang mewujudkan harapan bagi orang lain, tanpa sadar harapan baginya akan datang mendekat dengan sendirinya.
Diposting oleh Lilis di 10.44 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pencerahan

Menghargai sebuah "perjuangan" untuk berubah

Banyak orang yang mengeluh, sulitnya untuk mengubah orang lain, tetapi setelah merenung lagi jauh ke dalam dirinya, faktanya menjadi sangat sulit mengubah diri sendiri… Bila diri sendiri saja sulit diubah, apa lagi mati-matian mau menuntut orang lain untuk berubah?


Masalahnya ada juga orang yang sudah ingin berubah, tetapi kondisinya belum memungkinkan baginya untuk berubah. Ada juga yang sudah mulai mengubah kebiasaan negatifnya, mengubah sifat buruknya, tapi sama sekali tidak mendapat penghargaan dan perhatian dari orang terdekatnya, akibatnya ia pun merasa sia-sia mengubah diri… Ada juga yang berani tampil beda, dengan berusaha mencari perhatian dari sekitarnya, maksud hatinya mau memberitahu pada dunia kalau dia sudah berubah, tetapi malah cemooh dan tampang-tampang sinis, yang dihadapinya. Mungkin karena terlalu over confidence kali yeee… Ada yang akhirnya trauma untuk mengubah sifat dan karakternya, karena dibilang “sok suci, elo udah bukan lagi diri loe..” Ada yang nekad mati-matian untuk merayu orang-orang yang dulu sebagai temannya, yang telah menjauhinya karena sikap dirinya, yang dulu dianggap mereka sudah kelewatan, untuk berteman dan bersahabat lagi, tetapi mendapat reaksi yang membuatnya kecewa dan menjadi ‘mundur dan minder’ dalam menjalin hubungan persahabatan kembali.


Masih banyak lagi tentunya, kasus-kasus yang didapatkan dalam kehidupan ini, yang terjadi di depan mata, yang ada disekitar kita, yang menghiasi hari-hari kita……
Yang ingin saya sampaikan di sini adalah, kita harus “Menghargai” Perjuangan seseorang untuk mengubah dirinya, dengan memberikan kesempatan padanya untuk memperbaiki dirinya. Jangan selalu menuntut orang lain untuk berubah, karena kita sendiri butuh proses dan perjuangan untuk mengubahnya. Berikan dukungan moral, dan dorongan bagi mereka yang ingin memperbaiki ‘hubungan’ yang kurang harmonis menjadi hubungan yang jauh lebih mesra dan harmonis. Berikan kesempatan bagi mereka yang ingin menjalin kembali tali-tali persahabatan yang telah putus, atau yang telah diulur sampai kendur…


Mudah untuk mencari musuh, tetapi sulit untuk mencari sahabat; mudah mencari pasangan hidup baru, tetapi sulit mempertahankan pasangannya sendiri; mudah mencari cinta semu, tetapi sulit mencari cinta yang tulus; mudah menyalahkan orang lain, tetapi sulit melihat kesalahan sendiri; mudah untuk berkata ‘mundur’, tetapi sulit untuk melangkah ‘maju’ kembali; mudah untuk berpisah, mengapa sulit untuk ‘bersatu’ lagi? mudah memberi ‘label’ pada seseorang, tetapi mengapa sulit mencabut ‘label’ yang sudah diberikan?
Nah.. bila anda seorang pejuang, maka akan sangat mengerti arti sebuah pengorbanan. Bila anda adalah seorang yang senang berkorban, maka akan sangat mengerti arti menjadi ‘korban’ itu sendiri, dan jangan mencari ‘korban’ baru, dengan mengorbankan orang lain… Bila anda adalah orang yang optimis, maka bantulah orang-orang yang pesimis. Bila anda adalah seorang pesimis, mengapa tidak mencari teman orang yang realistis?


Apapun gaya hidup anda, apapun pengorbanan anda, bagaimanapun perjuangan anda… semua itu tidak akan sia-sia… dan ingatlah, bila orang-orang masih sulit menerima anda, minimal di sisi lain, pasti banyak yang menanti kebaikan anda. Bila teman, sahabat, pasangan anda yang lalu tidak dapat kembali disisimu lagi, jangan khawatir pasti masih banyak orang yang ingin menerima anda menjadi temen, sahabat, saudara, ataupun pasangan anda. Jangan menyerah… Tiada seorang pejuang yang mudah menyerah…


Semoga semua orang yang berhubungan dengan anda, akan dapat menghargai perjuanganmu untuk melangkah ke arah yang lebih terang, baik, damai, dan tenang…… masa lalu biarlah berlalu, sambutlah masa depan yang ceria, dengan memperbaiki diri kita yang sekarang.Tidak perlu dengar “apa kata orang” tapi dengarlah “apa kata hatimu saat ini” tentunya dengarkanlah kata hati yang tidak ‘makan hati’…
Diposting oleh Lilis di 10.38 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Baca Yuk

Mari Kita Tanggalkan Ego kita !!!

Saat ini cenderung kita lebih mengedepankan ego pribadi. Melihat orang dalam berkendara yang ingin menang sendiri, melihat pemimpin mementingkan kepentingan pribadi, budaya antri sudah semakin berkurang. Saat gotong royong dan toleransi sudah memudar. Dalam perenungan pun kita masih kerap mencoba memikirkan tentang egoisme. mengapa orang cenderung mendahulukan egonya?


Egoisme manusia yang mementingkan kenyamanan diri kadang melupakan kondisi lingkungan. Egoisme adalah suatu tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Karena itu, satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya.


Manusia pada dasarnya egois, mementingkan diri sendiri. Egoisme merupakan suatu kejahatan dan dipandang sebagai pelanggaran moral karena ia selalu mengabaikan kepentingan orang lain. Egoisme membuat manusia jauh dari kebenaran dan menyimpang dari petunjuk Tuhan. Egoisme, dengan demikian, dapat dipandang sebagai penjara (belenggu) bagi manusia.

Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedonistis. Yaitu, kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yang vulgar. Lalu yang baik secara moral disamakan begitu saja dengan kesenangan atau kenikamatan.
Karena itu, tindakan yang baik secara moral diartikan sebagai tindakan yang bertujuan mendatangkan kenikmatan dan menghindari penderitaan. Akibatnya dengan segala macam cara orang yang menganut etika ini berusaha untuk memperoleh kenikmatan bagi dirinya dan menghindari hal-hal yang tidak mengenakkan.

Pernahkah Anda merasakan kegelisahan hati dan jiwa? Seperti, Anda tidak tahu apa yang harus Anda kerjakan, sedangkan pekerjaan sebenarnya menumpuk dihadapan Anda?

Pernahkah Anda merasakan beban hidup yang terasa berat dan menumpuk dipundak Anda, sedangkan Anda merasakan tidak tahu harus dari mana menguranginya?

Pernahkah Anda merasakan tekanan dan himpitan ekonomi yang menghadang setiap langkah kehidupan Anda, tubuh Anda terasa lunglai, tidak tahu harus melangkah kemana?

Pernahkan Anda merasakan kegelisahan hati yang mendalam, tubuh bergetar dan semuanya menjadi serba tak berarturan dan serba salah? Kalau hal itu menimpa Anda, berarti Anda dalam kegelapan cahaya hati karena diliputi egoisme diri yang sangat tinggi.

Lalu bagaimana cara mengendalikan ego kita. Tanggalkan pakaian kesombongan hati dengan sikap rendah hati. Tidak ada yang pantas disombongkan manusia dalam hidup ini. Tanggalkan pakaian dengki dan gantikan dengan cinta dan kasih sayang. Tanggalkan pakaian takabur dan gantikan dengan kesadaran diri sebagai hamba dan abdi Tuhan semata.

Buanglah pakain prasangka negatif dengan mengembangkan sikap positif dalam setiap langkah kaki kedepan. Hindarilah prinsip hidup yang salah dengan kembali dalam kejernihan jati diri yang bersumber dari hati.

Kalau anda menginginkan yang baik, buatlah diri anda jadi lebih baik. Jika anda ingin meraih cita-cita, buatlah diri anda menjadi ideal. Anda ingin punya teman yang lebih baik, buatlah diri anda menjadi teman yang lebih baik.


Jika anda ingin bekerjasama dengan orang yang mempunyai nilai, jadikan diri anda sendiri lebih bernilai. Kalau anda ingin berurusan dengan orang yang kompromis, buatlah diri anda menjadi lebih kompromis. Kalau anda ingin memasuki berbagai kondisi dan keadaan yang lebih menyenangkan, buatlah diri anda sendiri menjadi lebih menyenangkan.
Jika anda ingin dicintai pasangan hidup anda, buatlah diri anda menjadi orang yang mencintainya lebih. Mungkin anda akan bertemu dengan orang-orang yang sulit dimengerti, namun tetap berikanlah diri anda yang terbaik, meski itupun tidak akan pernah memuaskan semua orang.


Kesuksesan dan keagungan dalam hidup tidak akan dapat diraih hanya dari potensi fisik dan kecerdasan akal pikiran. Lebih dari itu diperlukan kecerdasan hati dan kemampuan menemukan cahaya hati yang bersumber dari pengendalian Ego Pribadi. Dan dengan meninggalkan egoisme diri menuju kehidupan yang lebih baik.
Diposting oleh Lilis di 10.22 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: kaca diri

Setegar Batu Karang

Banyak orang yang merasa lemah, dan selalu merasa tidak kuat menjalani hidup ini kemudian.
Pergilah ke pantai atau ke laut…
lihatlah batu karang yang selalu setia berada di tempatnya…
mungkin Ia adalah guru bagi siapapun yang merasa kurang ‘tegar’…

Sebuah karang yg selalu mendengarkan seruan ombak, dengan deburan yang selalu menghantam dirinya…
Ia tetap tegar tidak tergoyahkan, teriakan, ledekan, cemoohan serta terjangan deras dari Sang Ombak, Tetapi tidak membuat sang karang sakit hati..
Pujian, sanjungan dan kata-kata indah dari Ombak yang baik pun, tidak membuatnya tinggi hati… Ia tetap tersenyum dan menyapa mereka dengan ramah…….

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

kepada ombak di pagi hari selalu berkata: “Selama Pagi.. terima kasih kalian telah memandikan aku pagi ini….”

Kepada ombak di Siang Hari: “, terima kasih di siang yang terik ini, kalian telah membasahi aku…”

Kepada Ombak di malam hari: “walaupun aku merasa kedinginan, terima kasih karena kalian telah memberikan pukulan keras pada seluruh tubuhku, sehingga aku tetap merasa hangat, dan gelombang air yang menyelimuti aku, terasa sangat hangat… walau udaranya begitu dingin, terima kasih…….”

Walau tubuhnya perlahan mulai terabrasi, tetapi ia tetap berdiri tegar dan tersenyum pada gelombang ombak yg datang padanya, semua bebannya terbang bersama angin laut……..
Diposting oleh Lilis di 10.01 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pencerahan

Rumah Tangga

Pengertian dari sebuah rumah tangga, adalah hidup bersama dalam satu atap, menjaga keharmonisan dan pengertian.
Rumah tangga bukan berarti rumah yang ada tangganya. ‘Tangga’ hanya perumpamaan, bila mampu menyelesaikan permasalahan keluarga adalah langkah ‘naik’ meniti anak tangga. Tangga kehidupan penuh dengan ujian, rintangan. Bila ingin melangkah ‘naik’, harus penuh tekad, dengan kepala dingin, kehangatan, dan penuh kebijaksanaan dalam menjalani proses kematangan dalam berumahtangga.

 
Harus satu demi satu anak tangga dilewati untuk suatu kemajuan, membina rumah yang penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan, menjadikan rumah sbg home sweet home.
Bila ada kemunduran artinya ia harus melangkah ‘turun’, karena sangat sulit untuk meraih kebahagiaan yang lebih tinggi.
Membina Rumah tangga, bila sudah ‘turun’ kembali sampai ‘lantai dasar’, artinya keputusan untuk keluar rumah sudah hampir terjadi, ini masih bisa dibenahi, dengan kekuatan cinta dan pengertian akan mampu membawanya ‘naik’ kembali. Selama masih berada di dalam rumah Sesungguhnya ‘naik turun’ hal biasa, merupakan proses yg penuh arti dan makna.
Tetapi bila sudah di’lantai dasar’ ternyata ada juga yg mau keluar dari rumah, siapapun tidak mampu lagi mempertahankannya.
Bila ada yang memilih melangkah ‘turun’ ke ‘basement’, dari pada harus ‘keluar’ rumah, mungkin hidupnya akan terasa ’sesak’, tiada gairah, penuh dengan kesumpekan. Tidak berani ‘keluar rumah’ juga tidak mau ‘naik’ lagi ke atas. Hidup yang kelabu tanpa cinta dan kasih sayang apalagi keharmonisan.
Bila keadaan semakin kacau, ingatlah tekad awal ketika membina rumah tangga, jangan sampai “sudah jatuh tertimpa tangga”


Mereka pun harus mampu bangkit dan kembali ‘naik’ meniti ‘tangga’ kehidupannya yang baru.
Inilah sedikit renungan tentang ‘rumah tangga’ hanya sekedar perumpamaan.
Diposting oleh Lilis di 09.52 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Baca Yuk

Rabu, 08 Desember 2010

Me-refresh Diri Setelah disakiti

ا
(ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ(34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا)
لَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushshilaat: 34-35).

Terdapat beberapa faktor yang dapat membantu seorang hamba untuk dapat melaksanakan kesabaran jenis kedua (yaitu bersabar ketika disakiti orang lain, ed). [Di antaranya adalah sebagai berikut:]

Pertama, hendaknya dia mengakui bahwa Allah ta’ala adalah Zat yang menciptakan segala perbuatan hamba, baik itu gerakan, diam dan keinginannya. Maka segala sesuatu yang dikehendaki Allah untuk terjadi, pasti akan terjadi. Dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki Allah untuk terjadi, maka pasti tidak akan terjadi. Sehingga, tidak ada satupun benda meski seberat dzarrah (semut kecil, ed) yang bergerak di alam ini melainkan dengan izin dan kehendak Allah. Oleh karenanya, hamba adalah ‘alat’. Lihatlah kepada Zat yang menjadikan pihak lain menzalimimu dan janganlah anda melihat tindakannya terhadapmu. (Apabila anda melakukan hal itu), maka anda akan terbebas dari segala kedongkolan dan kegelisahan.

Kedua, hendaknya seorang mengakui akan segala dosa yang telah diperbuatnya dan mengakui bahwasanya tatkala Allah menjadikan pihak lain menzalimi (dirinya), maka itu semua dikarenakan dosa-dosa yang telah dia perbuat sebagaimana firman Allah ta’ala,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuura: 30).
Apabila seorang hamba mengakui bahwa segala musibah yang menimpanya dikarenakan dosa-dosanya yang telah lalu, maka dirinya akan sibuk untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosanya yang menjadi sebab Allah menurunkan musibah tersebut. Dia justru sibuk melakukan hal itu dan tidak menyibukkan diri mencela dan mengolok-olok berbagai pihak yang telah menzaliminya.
(Oleh karena itu), apabila anda melihat seorang yang mencela manusia yang telah menyakitinya dan justru tidak mengoreksi diri dengan mencela dirinya sendiri dan beristighfar kepada Allah, maka ketahuilah (pada kondisi demikian) musibah yang dia alami justru adalah musibah yang hakiki. (Sebaliknya) apabila dirinya bertaubat, beristighfar dan mengucapkan, “Musibah ini dikarenakan dosa-dosaku yang telah saya perbuat.”Maka (pada kondisi demikian, musibah yang dirasakannya) justru berubah menjadi kenikmatan.
Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu pernah mengatakan sebuah kalimat yang indah,
لاَ يَرْجُوَنَّ عَبْدٌ إِلاَّ رَبَّهُ لاَ يَخَافَنَّ عَبْدٌ إلَّا ذَنْبَهُ 
“Hendaknya seorang hamba hanya berharap kepada Rabb-nya dan hendaknya dia takut terhadap akibat yang akan diterima dari dosa-dosa yang telah diperbuatnya.”[1]
Dan terdapat sebuah atsar yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Tholib dan selainnya, beliau mengatakan,
مَا نَزَلَ بَلَاءٌ إلَّا بِذَنْبِ وَلَا رُفِعَ إلَّا بِتَوْبَةِ
“Musibah turun disebabkan dosa dan diangkat dengan sebab taubat.”

Ketiga, hendaknya seorang mengetahui pahala yang disediakan oleh Allah ta’ala bagi orang yang memaafkan dan bersabar (terhadap tindakan orang lain yang menyakitinya). Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya,

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Asy Syuura: 40).

Ditinjau dari segi penunaian balasan, manusia terbagi ke dalam tiga golongan, yaitu [1] golongan yang zalim karena melakukan pembalasan yang melampaui batas, [2] golongan yang moderat yang hanya membalas sesuai haknya dan [3] golongan yang muhsin (berbuat baik) karena memaafkan pihak yang menzalimi dan justru meniggalkan haknya untuk membalas. Allah ta’ala menyebutkan ketiga golongan ini dalam ayat di atas, bagian pertama bagi mereka yang moderat, bagian kedua diperuntukkan bagi mereka yang berbuat baik dan bagian akhir diperuntukkan bagi mereka yang telah berbuat zalim dalam melakukan pembalasan (yang melampaui batas).

(Hendaknya dia juga) mengetahui panggilan malaikat di hari kiamat kelak yang akan berkata,

أَلاَ لِيَقُمْ مَنْ وَجَبَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ
“Perhatikanlah! Hendaknya berdiri orang-orang yang memperoleh balasan yang wajib ditunaikan oleh Allah!”[2]
(Ketika panggilan ini selesai dikumandangkan), tidak ada orang yang berdiri melainkan mereka yang (sewaktu di dunia termasuk golongan) yang (senantiasa) memaafkan dan bersabar (terhadap gangguan orang lain kepada dirinya).
Apabila hal ini diiringi  dengan pengetahuan bahwa segala pahala tersebut akan hilang jika dirinya menuntut dan melakukan balas dendam, maka tentulah dia akan mudah untuk bersabar dan memaafkan (setiap pihak yang telah menzaliminya).

Keempat, hendaknya dia mengetahui bahwa apabila dia memaafkan dan berbuat baik, maka hal itu akan menyebabkan hatinya selamat dari (berbagai kedengkian dan kebencian kepada saudaranya) serta hatinya akan terbebas dari keinginan untuk melakukan balas dendam dan berbuat jahat (kepada pihak yang menzaliminya). (Sehingga) dia memperoleh kenikmatan memaafkan yang justru akan menambah kelezatan dan manfaat yang berlipat-lipat, baik manfaat itu dirasakan sekarang atau nanti.
Manfaat di atas tentu tidak sebanding dengan “kenikmatan dan manfaat” yang dirasakannya ketika melakukan pembalasan. Oleh karenanya, (dengan perbuatan di atas), dia (dapat) tercakup dalam firman Allah ta’ala,
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134).
(Dengan melaksanakan perbuatan di atas), dirinya pun menjadi pribadi yang dicintai Allah. Kondisi yang dialaminya layaknya seorang yang kecurian satu dinar, namun dia malah menerima ganti puluhan ribu dinar. (Dengan demikian), dia akan merasa sangat gembira atas karunia Allah yang diberikan kepadanya melebihi kegembiraan yang pernah dirasakannya.

Kelima, hendaknya dia mengetahui bahwa seorang yang melampiaskan dendam semata-mata untuk kepentingan nafsunya, maka hal itu hanya akan mewariskan kehinaan di dalam dirinya. Apabila dia memaafkan, maka Allah justru akan memberikan kemuliaan kepadanya. Keutamaan ini telah diberitakan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui sabdanya,
وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا
“Kemuliaan hanya akan ditambahkan oleh Allah kepada seorang hamba yang bersikap pemaaf.”[3]
(Berdasarkan hadits di atas) kemuliaan yang diperoleh dari sikap memaafkan itu (tentu) lebih disukai dan lebih bermanfaat bagi dirinya daripada kemuliaan yang diperoleh dari tindakan pelampiasan dendam. Kemuliaan yang diperoleh dari pelampiasan dendam adalah kemuliaan lahiriah semata, namun mewariskan kehinaan batin. (Sedangkan) sikap memaafkan (terkadang) merupakan kehinaan di dalam batin, namun mewariskan kemuliaan lahir dan batin.

Keenam, -dan hal ini merupakan salah satu faktor yang paling bermanfaat-, yaitu hendaknya dia mengetahui bahwa setiap balasan itu sesuai dengan amalan yang dikerjakan. (Hendaknya dia menyadari) bahwa dirinya adalah seorang yang zalim lagi pendosa. Begitupula hendaknya dia mengetahui bahwa setiap orang yang memaafkan kesalahan manusia terhadap dirinya, maka Allah pun akan memaafkan dosa-dosanya. Dan orang yang memohonkan ampun setiap manusia yang berbuat salah kepada dirinya, maka Allah pun akan mengampuninya. Apabila dia mengetahui pemaafan dan perbuatan baik yang dilakukannya kepada berbagai pihak yang menzalimi merupakan sebab yang akan mendatangkan pahala bagi dirinya, maka tentulah (dia akan mudah) memaafkan dan berbuat kebajikan dalam rangka (menebus) dosa-dosanya. Manfaat ini tentu sangat mencukupi seorang yang berakal (agar tidak melampiaskan dendamnya).

Ketujuh, hendaknya dia mengetahui bahwa apabila dirinya disibukkan dengan urusan pelampiasan dendam, maka waktunya akan terbuang sia-sia dan hatinya pun akan terpecah (tidak dapat berkonsentrasi untuk urusan yang lain-pent). Berbagai manfaat justru akan luput dari genggamannya. Dan kemungkinan hal ini lebih berbahaya daripada musibah yang ditimbulkan oleh berbagai pihak yang menzhaliminya. Apabila dia memaafkan, maka hati dan fisiknya akan merasa “fresh” untuk mencapai berbagai manfaat yang tentu lebih penting bagi dirinya daripada sekedar mengurusi perkara pelampiasan dendam.

Kedelapan, sesungguhnya pelampiasan dendam yang dilakukannya merupakan bentuk pembelaan diri yang dilandasi oleh keinginan melampiaskan hawa nafsu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan pembalasan yang didasari keinginan pribadi, padahal menyakiti beliau termasuk tindakan menyakiti Allah ta’ala dan menyakiti beliau termasuk di antara perkara yang di dalamnya berlaku ketentuan ganti rugi.
Jiwa beliau adalah jiwa yang termulia, tersuci dan terbaik. Jiwa yang paling jauh dari berbagai akhlak yang tercela dan paling berhak terhadap berbagai akhlak yang terpuji. Meskipun demikian, beliau tidak pernah melakukan pembalasan yang didasari keinginan pribadi (jiwanya) (terhadap berbagai pihak yang telah menyakitinya).
Maka bagaimana bisa salah seorang diantara kita melakukan pembalasan dan pembelaan untuk diri sendiri, padahal dia tahu kondisi jiwanya sendiri serta kejelekan dan aib yang terdapat di dalamnya? Bahkan, seorang yang arif tentu (menyadari bahwa) jiwanya tidaklah pantas untuk menuntut balas (karena aib dan kejelekan yang dimilikinya) dan (dia juga mengetahui bahwa jiwanya) tidaklah memiliki kadar kedudukan yang berarti sehingga patut untuk dibela.

Kesembilan, apabila seorang disakiti atas tindakan yang dia peruntukkan kepada Allah (ibadah-pent), atau dia disakiti karena melakukan ketaatan yang diperintahkan atau karena dia meninggalkan kemaksiatan yang terlarang, maka (pada kondisi demikian), dia wajib bersabar dan tidak boleh melakukan pembalasan. Hal ini dikarenakan dirinya telah disakiti (ketika melakukan ketaatan) di jalan Allah, sehingga balasannya menjadi tanggungan Allah.
Oleh karenanya, ketika para mujahid yang berjihad di jalan Allah kehilangan nyawa dan harta, mereka tidak memperoleh ganti rugi karena Allah telah membeli nyawa dan harta mereka.
Dengan demikian, ganti rugi menjadi tanggungan Allah, bukan di tangan makhluk. Barangsiapa yang menuntut ganti rugi kepada makhluk (yang telah menyakitinya), tentu dia tidak lagi memperoleh ganti rugi dari Allah. Sesungguhnya, seorang yang mengalami kerugian (karena disakiti) ketika beribadah di jalan Allah, maka Allah berkewajiban memberikan gantinya.
Apabila dia tersakiti akibat musibah yang menimpanya, maka hendaknya dia menyibukkan diri dengan mencela dirinya sendiri. Karena dengan demikian, dirinya tersibukkan (untuk mengoreksi diri dan itu lebih baik daripada) dia mencela berbagai pihak yang telah menyakitinya.
Apabila dia tersakiti karena harta, maka hendaknya dia berusaha menyabarkan jiwanya, karena mendapatkan harta tanpa dibarengi dengan kesabaran merupakan perkara yang lebih pahit daripada kesabaran itu sendiri.
Setiap orang yang tidak mampu bersabar terhadap panas terik di siang hari, terpaan hujan dan salju serta rintangan perjalanan dan gangguan perampok, maka tentu dia tidak usah berdagang.
Realita ini diketahui oleh manusia, bahwa setiap orang yang memang jujur (dan bersungguh-sungguh) dalam mencari sesuatu, maka dia akan dianugerahi kesabaran dalam mencari sesuatu itu sekadar kejujuran (dan kesungguhan) yang dimilikinya.

Kesepuluh, hendaknya dia mengetahui kebersamaan, kecintaan Allah dan ridla-Nya kepada dirinya apabila dia bersabar. Apabila Allah membersamai seorang, maka segala bentuk gangguan dan bahaya -yang tidak satupun makhluk yang mampu menolaknya- akan tertolak darinya. Allah ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Allah menyukai orang-orang yang bersabar.” (QS. Ali ‘Imran: 146).
Kesebelas, hendaknya dia mengetahui bahwa kesabaran merupakan sebagian daripada iman. Oleh karena itu, sebaiknya dia tidak mengganti sebagian iman tersebut dengan pelampiasan dendam. Apabila dia bersabar, maka dia telah memelihara dan menjaga keimanannya dari aib (kekurangan). Dan Allah-lah yang akan membela orang-orang yang beriman.

Kedua belas, hendaknya dia mengetahui bahwa kesabaran yang dia laksanakan merupakan hukuman dan pengekangan terhadap hawa nafsunya. Maka tatkala hawa nafsu terkalahkan, tentu nafsu tidak mampu memperbudak dan menawan dirinya serta menjerumuskan dirinya ke dalam berbagai kebinasaan.
Tatkala dirinya tunduk dan mendengar hawa nafsu serta terkalahkan olehnya, maka hawa nafsu akan senantiasa mengiringinya hingga nafsu tersebut membinasakannya kecuali dia memperoleh rahmat dari Rabb-nya.
Kesabaran mengandung pengekangan terhadap hawa nafsu berikut setan yang (menyusup masuk di dalam diri). Oleh karenanya, (ketika kesabaran dijalankan), maka kerajaan hati akan menang dan bala tentaranya akan kokoh dan menguat sehingga segenap musuh akan terusir.

Ketiga belas, hendaknya dia mengetahui bahwa tatkala dia bersabar , maka tentu Allah-lah yang menjadi penolongnya. Maka Allah adalah penolong bagi setiap orang yang bersabar dan memasrahkan setiap pihak yang menzaliminya kepada Allah.
Barangsiapa yang membela hawa nafsunya (dengan melakukan pembalasan), maka Allah akan menyerahkan dirinya kepada hawa nafsunya sendiri sehingga dia pun menjadi penolongnya.
Jika demikian, apakah akan sama kondisi antara seorang yang ditolong Allah, sebaik-baik penolong dengan seorang yang ditolong oleh hawa nafsunya yang merupakan penolong yang paling lemah?

Keempat belas, kesabaran yang dilakukan oleh seorang akan melahirkan penghentian kezhaliman dan penyesalan pada diri musuh serta akan menimbulkan celaan manusia kepada pihak yang menzalimi. Dengan demikian, setelah menyakiti dirinya, pihak yang zhalim akan kembali dalam keadaan malu terhadap pihak yang telah dizaliminya. Demikian pula dia akan menyesali perbuatannya, bahkan bisa jadi pihak yang zalim akan berubah menjadi sahabat karib bagi pihak yang dizhalimi. Inilah makna firman Allah ta’ala,

ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ(34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)

“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushshilaat: 34-35).

Kelima belas, terkadang pembalasan dendam malah menjadi sebab yang akan menambah kejahatan sang musuh terhadap dirinya. Hal ini juga justru akan memperkuat dorongan hawa nafsu serta menyibukkan pikiran untuk memikirkan berbagai bentuk pembalasan yang akan dilancarkan sebagaimana hal ini sering terjadi.
Apabila dirinya bersabar dan memaafkan pihak yang menzhaliminya, maka dia akan terhindar dari berbagai bentuk keburukan di atas. Seorang yang berakal, tentu tidak akan memilih perkara yang lebih berbahaya.
Betapa banyak pembalasan dendam justru menimbulkan berbagai keburukan yang sulit untuk dibendung oleh pelakunya. Dan betapa banyak jiwa, harta dan kemuliaan yang tetap langgeng ketika pihak yang dizalimi menempuh jalan memaafkan.

Keenam belas, sesungguhnya seorang yang terbiasa membalas dendam dan tidak bersabar mesti akan terjerumus ke dalam kezaliman. Karena hawa nafsu tidak akan mampu melakukan pembalasan dendam dengan adil, baik ditinjau dari segi pengetahuan (maksudnya hawa nafsu tidak memiliki parameter yang pasti yang akan menunjukkan kepada dirinya bahwa pembalasan dendam yang dilakukannya telah sesuai dengan kezaliman yang menimpanya, pent-) dan kehendak (maksudnya ditinjau dari segi kehendak, hawa nafsu tentu akan melakukan pembalasan yang lebih, pent-).
Terkadang, hawa nafsu tidak mampu membatasi diri dalam melakukan pembalasan dendam sesuai dengan kadar yang dibenarkan, karena kemarahan (ketika melakukan pembalasan dendam)  akan berjalan bersama pemiliknya menuju batas yang tidak dapat ditentukan (melampaui batas, pent-). Sehingga dengan demikian, posisi dirinya yang semula menjadi pihak yang dizalimi, yang menunggu pertolongan dan kemuliaan, justru berubah menjadi pihak yang zalim, yang akan menerima kehancuran dan siksaan.

Ketujuh belas, kezaliman yang diderita akan menjadi sebab yang akan menghapuskan berbagai dosa atau mengangkat derajatnya. Oleh karena itu, apabila dia membalas dendam dan tidak bersabar, maka kezaliman tersebut tidak akan menghapuskan dosa dan tidakpula mengangkat derajatnya.

Kedelapan belas, kesabaran dan pemaafan yang dilakukannya merupakan pasukan terkuat yang akan membantunya dalam menghadapi sang musuh.
Sesungguhnya setiap orang yang bersabar dan memaafkan pihak yang telah menzaliminya, maka sikapnya tersebut akan melahirkan kehinaan pada diri sang musuh dan menimbulkan ketakutan terhadap dirinya dan manusia. Hal ini dikarenakan manusia tidak akan tinggal diam terhadap kezaliman yang dilakukannya tersebut, meskipun pihak yang dizalimi mendiamkannya. Apabila pihak yang dizalimi membalas dendam, seluruh keutamaan itu akan terluput darinya.
Oleh karena itu, anda dapat menjumpai sebagian manusia, apabila dia menghina atau menyakiti pihak lain, dia akan menuntut penghalalan dari pihak yang telah dizaliminya. Apabila pihak yang dizalimi mengabulkannya, maka dirinya akan merasa lega dan beban yang dahulu dirasakan akan hilang.

Kesembilan belas, apabila pihak yang dizalimi memaafkan sang musuh, maka hati sang musuh akan tersadar bahwa kedudukan pihak yang dizalimi berada di atasnya dan dirinya telah menuai keuntungan dari kezaliman yang telah dilakukannya. Dengan demikian, sang musuh akan senantiasa memandang bahwa kedudukan dirinya berada di bawah kedudukan pihak yang telah dizaliminya. Maka tentu hal ini cukup menjadi keutamaan dan kemuliaan dari sikap memaafkan.

Kedua puluh, apabila seorang memaafkan, maka sikapnya tersebut merupakan suatu kebaikan yang akan melahirkan berbagai kebaikan yang lain, sehingga kebaikannya akan senantiasa bertambah.
Sesungguhnya balasan bagi setiap kebaikan adalah kontinuitas kebaikan (kebaikan yang berlanjut), sebagaimana balasan bagi setiap keburukan adalah kontinuitas keburukan (keburukan yang terus berlanjut). Dan terkadang hal ini menjadi sebab keselamatan dan kesuksesan abadi. Apabila dirinya melakukan pembalasan dendam, seluruh hal itu justru akan terluput darinya
.
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات[4

Diterjemahkan dari risalah Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -semoga Allah merahmati beliau-
Diposting oleh Lilis di 18.24 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pencerahan

Belajar dari semut dan laba-laba

Saudaraku, bila anda saat ini sedang sedih dan merasa buntu pikiran dalam menghadapi masalah, mudah-mudahan tulisan ini bisa membantu memberi inspirasi dan kebaikan dari permasalahan yang sedang anda hadapi , Saudaraku...

Pernahkah engkau memperhatikan seekor semut yang sedang berjalan ?
Seekor semut yang berjalan sambil membawa sesuatu yang lebih besar dari tubuhnya (mungkin makanan), jika ditutup jalannya , semut itu tidak akan marah. Tapi ia berhenti dan berbelok mencari jalan kedua. Jika kita tutup jalan kedua semut, maka sang semut akan berhenti dan mencari jalan ketiga. Saya coba tutup jalan ketiga , maka ia tetap tidak marah, dan berusaha menempuh jalan keempat..

Dalam kehidupan semut inilah ada ibrah (pelajaran hikmah) menarik sebagai rangkaian nilai hidup yang berharga.

Konsisten, tidak pernah putus asa, selalu disiplin dan berusaha mengatasi semua tantangan.


Walau tubuh semut kecil dan ringan,tapi keteguhan dan kegigihan semangatnya dalam berusaha menjadi contoh yang baik bagi manusia dalam konteks beraktivitas dan bekerja.

Demikian pula halnya laba-laba. Jika rumah yang telah dibangun dihancurkan, apakah ia merasa putus asa dan pergi meninggalkan dunia ? Apakah ia akan datang kepada anda mengadukan laba-laba yang lain putus asa ? TIDAK !

Laba-laba selalu cepat memulai membangun rumah yang baru. Jika rumah itu dihancurkan lagi, ia akan membangun rumah baru lagi. Begitu seterusnya ia menjalani hidup tanpa pernah merasa putus asa dan murung. Perbuatan yang berkesinambungan akan menyempurnakan perjalanan hidup. AKtivitas membangun tanpa kenal lelah akan menghantarkan pada tujuan yang diharapkan.


Jadilah Anda seperti itu wahai Saudaraku...
 Berbuatlah bersungguh-sungguh dan belajarlah dari serangga ini. Serahkan hasil akhir perbuatan Anda kepada Allah dan bertawakal-lah kepadaNya dalam segala aktivitas anda.

"Kami tidak akan menyia-nyiakan perbuatan orang yang berbuat baik" (Quran Surah Al-Kahfi ayat 30)
Diposting oleh Lilis di 18.11 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Artikel kutipan

Jumat, 03 Desember 2010

Pesan Rasulullah untuk Fatimah az-zahra

Ada sepuluh wasiat Rasulullah kepada putrinya Fatimah Az-Zahra, wasiat ini merupakan mutiara termahal nilainya,khususnya bagi setiap istri yang mendambakan kesalehan. Wasiat tersebut adalah:
1.Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yangmembuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, kelak Allah akan tetapkan baginya kebaikan dari setiap biji gandum yang diadonnya, dan juga Allah akan melebur kejelekan serta meningkatkan derajatnya.
2.Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepunguntuk suami dan anak-anaknya, niscayaAllah akan menjadikan antara neraka dan dirinya tujuh tabir pemisah.
3.Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang meminyaki rambut anak-anaknya lalumenyisirnya dan kemudian mencuci pakaiannya, maka Allah akan tetapkan pahalabaginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.
4.Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yangmembantu kebutuhan tetangga-tetanggany a,maka Allah akan membantunya untukdapat meminum telaga kautsar pada harikiamat nanti.
5.Wahai Fatimah! Yang lebih utama dariseluruh keutamaan di atas adalah keridhaan suami terhadap istri.Andaikata suamimu tidak ridha kepadamu,maka aku tidak akan mendoakanmu.Ketahuilah Fatimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.

6.Wahai Fatimah! Disaat seorang wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah tetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan,serta melebur seribu kejelakan. Ketika seorang wanita merasa sakit akan melahirkan, maka Allah tetapkan pahalab aginya sama dengan pahala para pejuang Allah. Disaat seorang wanita melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Disaat seorang wanita meninggal karena melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikit pun, didalam kubur akan mendapat taman yang indah yang merupakan bagian dari taman surga. Allah memberikan padanya pahala yang sama dengan pahala seribu orang yangmelaksanakan ibadah haji dan umrah, danseribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.
7.Wahai Fatimah! Disaat seorang istrimelayani suaminya selama sehari semalam,dengan rasa senang dan ikhlas, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya sertamemakaikan pakaian padanya dihari kiamatberupa pakaian yang serba hijau,dan menetapkan baginya setiap rambutpada tubuhnya seribu kebaikan. Allahpun akan memberikan kepadanya pahala seratus kali ibadah haji dan umrah.
8.Wahai Fatimah! Disaat seorang istritersenyum dihadapan suaminya, makaAllah akan memandangnya dengan pandanganpenuh kasih.
9.Wahai Fatimah! Disaat seorang istrimembentangkan alas ! tidur untuksuaminya dengan rasa senang hati, makapara malaikat yang memanggil darilangit menyeru wanita itu agarmenyaksikan pahala amalnya, dan Allahmengampuni dosa-dosanya yang telah laludan yang akan datang.
10.Wahai Fatimah! Disaat seorang wanita meminyaki kepala suami dan menyisirnya,meminyaki jenggotnya dan memotong kumisnya serta kuku-kukunya, maka Allah akan memberi minuman yang dikemas indah kepadanya, yang didatangkan dari sungai-sungai surga. Allah pun akan mempermudah sakaratul maut baginya,serta menjadikan kuburnya bagian daritaman surga. Allah pun menetapkanbaginya bebas dari siksa neraka sertadapat melintasi shirathal mustaqim dengan selamat.
Diposting oleh Lilis di 22.07 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pencerahan

Letusan Toba

Letusan raksasa gunung Toba yang terjadi 74.000 tahun lalu memicu perdebatan di kalangan ilmuwan. Perdebatan terutama berkisar tentang efek dari letusan gunung tersebut. Studi terdahulu tentang Gunung Toba menyebutkan bahwa letusan 74.000 tahun yang lalu itu menyebabkan penggelapan langit dan menurunkan suhu bumi sebesar 10 derajat celsius selama setengah dekade. Antropolog pun mengatakan, letusan tersebut juga mempengaruhi proses evolusi manusia, menyebabkan fenomena yang disebut genetic bottleneck, suatu kondisi ketika populasi spesies tertentu terbunuh atau terhambat dalam bereproduksi.
Namun, studi yang dilakukan oleh beberapa ilmuwan sesudahnya menyebutkan bahwa efek letusan Toba tak seburuk yang diduga. Berdasarkan hasil penelitian vulkanolog Stephen Self Open University di Milton Keynes, Inggris, dan pakar paleobiologi Michael Rampino dari New York University, AS, misalnya, penurunan suhu bumi hanya antara 3 dan 5 derajat celsius.
Penelitian antropologis oleh Michael Petraglia dari University of Oxford Inggris juga menyebutkan hasil yang kontroversial. Hasil dari penelitian yang didasarkan pada kondisi salah satu situs arkeologis di India itu menyebutkan bahwa manusia-manusia yang tinggal di dekat Gunung Toba justru mampu selamat dan bertahan hidup dengan lebih mudah.
Baru-baru ini, seorang ahli pembuat model iklim dari Max-Planck Institute for Meteorology di Hamburg, Jerman, Claudia Timmreck, melakukan sebuah penelitian untuk melihat lagi efek dari letusan Toba. Ia membuat sebuah model iklim yang dikatakan menyerupai kondisi iklim setelah letusan Toba pada masa itu. Penelitian berfokus pada partikel sulfat aerosol yang terbentuk dari gas sulfur dioksida, partikel yang menyebabkan pemantulan sinar matahari sehingga menyebabkan pendinginan temperatur Bumi.
Berdasarkan data hasil penelitian, diketahui bahwa Gunung Toba mengeluarkan 850 juta metrik ton sulfur dioksida ke atmosfer. Penelitian juga menghasilkan kesimpulan bahwa efek letusan Gunung Toba tidak seburuk yang diduga selama ini. Penurunan suhu Bumi, misalnya, hanya antara 3 dan 5 derajat celsius secara global. Perubahan temperatur secara ekstrem hanya terjadi di Afrika dan India selama dua tahun saja, dengan kondisi temperatur berkurang hingga 10 derajat celsius pada tahun pertama dan 5 derajat celsius pada tahun kedua.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di Geophysical Research Letters edisi terbaru November tersebut juga menunjukkan bahwa akumulasi partikel sulfur di udara juga akan lenyap dalam beberapa tahun saja. F juga mengatakan, letusan tidak sampai menghabisi populasi flora dan fauna yang ada. Namun, peristiwa itu diakui membuat banyak proses kehidupan menjadi sulit.
Menanggapi hasil penelitian tersebut, Petraglia setuju bahwa efek letusan Toba memang buruk. Namun, dampaknya pada manusia tidaklah sebegitu serius. “Populasi (manusia) selamat, tapi menghadapi kondisi lingkungan yang buruk selama beberapa tahun,” katanya. Ia juga mengatakan, perlu dilakukan juga observasi lapangan sebagai tahap lanjut dari penelitian tersebut.
Sementara itu, Stanley Ambrose dari University of Illinois yang setuju dengan terjadinya fenomena genetic bottleneck mengatakan bahwa kajian Timmreck memiliki kelemahan. Salah satunya karena peneliti memulai riset dengan kondisi iklim modern, bukan menyimulasikan kondisi iklim 74.000 tahun yang lalu.
Diposting oleh Lilis di 21.53 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pendidikan

Batu tua

Ada oleh-oleh khas berupa bebatuan yang dapat diboyong jika bertandang ke Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Batu Satam namanya. Batu unik berwarna hitam dengan urat-uratnya yang khas itu konon adalah hasil proses alam atas reaksi tabrakan meteor dengan lapisan bumi yang mengandung timah tinggi jutaan tahun silam.
Batu satam juga di kalangan masyarakat Belitung dipercaya mempunyai kekuatan magis sebagai penangkal penolak racun dan unsur makhluk-gaib berupa jin, untuk hal ini boleh percaya atau tidak namun sebagian wisatawan yang berkunjung ke pulau ini selalu ingin menyempatkan diri membeli Souvenir ini sebagai cendramata khas Pulau Belitung
Sebuah batu Meteor besar melebihi bumi atau lebih dikenal oleh para ahli Astronomi Armageddon terdeteksi dari setelit luar angkasa meluncur ke bumi dengan kecepatan yang sangat luar biasa, batu meteor itu diperkirakan dalam beberapa bulan kemudian akan menabrak dan menghancurkan bumi dan seisinya para Ahli astronomi ruang angkasa berkumpul untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran itu, Batu meteor tersebut hanya bisa dihancurkan dengan menanamkan bom nuklir ke dalam lapisan batu meteor tersebut, lalu para astronot meluncur untuk melakukan misi tersebut, Cahaya kemilauan terlihat dari bumi dan batu meteor tersebut terpecah menjadi dua, sepihanya batu meteor menghantam bumi menghancurkan gedung-gedung di berbagai Negara namum bumi terselamatkan dari benturan dasyat. Tulisan diatas merupakan adegan dari film Hollywood, yaitu Armageddon
Proses Terjadinya Batu SATAM :
  1. Sekitar 780.000 tahun yang lalu sebuah asteroid yang besar menabrak bumi di Laut Cina Selatan (kemungkinan di Teluk Tonkin). Asteroid ini bergerak dari barat laut ke tenggara dan menabrak bumi dengan sudut tabrakan yang kecil.
  2. Pada tahap awal dari tabrakan, energi kinetis dari asteroid yang menabrak bumi ini melelehkan dan menghantarkan momentum kepada lapisan atas dari batuan di permukaan bumi (seperti pasir dan lumpur) di daerah tabrakan.
  3. Lapisan yang meleleh, terdiri dari batuan yang mencair, meninggalkan atmosfer bumi dan pecah menjadi batu semi cair berbentuk bulatan-bulatan kecil (globules) yang bernama “tektite”. Globules ini membentuk bola, dumbbells atau air mata, tergantung pada kecepatan rotasi yang terjadi saat pembentukan batu tektites atau batu satam itu.
  4. Batu Satam yang berbentuk bola, dumbbells dan air mata mendingin dengan cepat, begitu cepat sehingga mereka membentuk kaca (sama dengan kaca, tetapi tidak murni, seperti di botol anggur atau bir modern).
  5. Sekitar lima hingga enam menit setelah tabrakan dengan asteroid terjadi, bola yang sekarang telah membeku dan menjadi solid mulai masuk kembali ke atmosfer bumi dan jatuh di Belitung.
  6. Karena Batu Satam itu memasuki kembali atmosfer bumi dengan kecepatan tinggi, gaya gesekan yang dialaminya memanaskan bagian depan dari batu ini.
  7. Bila kaca dipanaskan dengan tidak merata (perbedaan temperatur yang besar antara bagian depan dan belakangnya), ia akan pecah. Seperti menuangkan air mendidih kedalam gelas minum.
  8. Bagian depan dari Batu Satam ini akan membentuk pecahan-pecahan kecil. Pecahan ini ditingkatkan juga oleh tekanan yang intens karena perlambatan kecepatan.
  9. Kecepatan kosmik yang dibawa oleh momentum Batu Satam ini pada akhirnya akan berkurang dan pecahnya batuan juga akan berkurang.
  10. Karena ini Batu Satam akan jatuh ke bumi dengan gravitasi dengan gerakan yang lebih vertikal.
  11. Di bumi Batu Satam dibawa oleh air sungai dan mungkin tererosi.
  12. Pada akhirnya Batu Satam akan tergabung dengan endapan sediment yang biasanya juga mengandung timah (tererosi dari deposit panas bumi yang terkait dengan intrusi batu granit).
  13. Di dalam tumpukan pasir yang berporositas tinggi, air tawar akan dengan sangat perlahan mengukir Batu Satam tersebut. Retakan setipis kertas (terbentuk karena gelas itu dipanaskan saat memasuki kembali atmosfer bumi) akan diperbesar dan membentuk parit kecil berbentuk U. Perhatikan bahwa parit berbentuk U ini hanya terbentuk di bagian yang terpanaskan, bagian depan dari Batu Satam (Tektite). Bagian belakang dari Batu Satam ini tetap seperti aslinya, berbentuk bola.
Sumber:
http://pashaaldo.blogspot.com/2010/11/batu-satam-batu-berumur-jutaan-tahun.html
http://batu-antik.blogspot.com/
Diposting oleh Lilis di 21.51 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pendidikan

Hakikat mencintai

Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa mendo’akannya walaupun dia tidak berada disisi kita. Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya dan itulah Cinta
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi, jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.
Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya. Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.
Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia tersebut.
Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Seandainya kamu ingin mencintai atau memiliki hati seorang gadis, ibaratkanlah seperti menyunting sekuntum mawar merah. Kadangkala kamu mencium harum mawar tersebut, tetapi kadangkala kamu terasa bisa duri mawar itu menusuk jari. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu, hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.
Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehingga kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna penyesalan karena perginya tanpa berkata lagi. Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang dan bukan siapa dia sebelumnya. Kisah silam tidak perlu diungkit lagi, kiranya kamu benar-benar mencintainya setulus hati.
Hati-hati dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU. Kemungkinan apa yang kamu sayangi atau cintai tersimpan keburukan didalamnya dan kemungkinan apa yang kamu benci tersimpan kebaikan didalamnya.
Cinta kepada harta artinya bakhil, cinta kepada perempuan artinya alam, cinta kepada diri artinya bijaksana, cinta kepada mati artinya hidup dan cinta kepada Tuhan artinya Takwa
Lemparkan seorang yang bahagia dalam bercinta kedalam laut, pasti ia akan membawa seekor ikan.
Lemparkan pula seorang yang gagal dalam bercinta ke dalam gudang roti, pasti ia akan mati kelaparan.
Seandainya kamu dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan alam, tetapi tidak mempunyai
perasaan cinta dan kasih, dirimu tak ubah seperti gong yang bergaung atau sekedar canang yang gemericing.
Cinta adalah keabadian dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki.
Siapapun pandai menghayati cinta, tapi tak seorangpun pandai menilai cinta karena cinta bukanlah suatu
objek yang bisa dilihat oleh kasat mata, sebaliknya cinta hanya dapat dirasakan melalui hati dan perasaan.
Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya cinta.
Cinta sebenarnya adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak merubahnya menjadi
gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan didalam dirinya.
Kamu tidak akan pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. Namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya.
Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut kemulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.
Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.
Jika saja kehadiran cinta sekedar untuk mengecewakan, lebih baik cinta itu tak pernah hadir, namun ingatlah wahai sahabat, pikirkan dan jika perlu catatlah untuk melihat sisi positif dari penolakan cinta.
…. Jangan pernah merasa bersedih apabila sahabat diputuskan, ditinggalkan, disia-siakan oleh orang yang sahabat cintai, karena sahabat Hanya kehilangan 1 orang yang tidak mencintai kamu wahai sahabat. Namun mereka yang telah memutuskan, meninggalkan dan menyia-nyiakan sahabatlah yang harus menangis, karena tanpa disadarinya dia telah melepaskan 1 orang yang amat mencintainya….
Diposting oleh Lilis di 21.49 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pencerahan

Putih itu telah pudar

Sesaat setelah perjalanan ini akan terhenti
Bayangan lalu masih membeku di hatiku
Sesaat kemudian mulai mencair
Tinggalkan bayangan yang dulu pernah ada
Dahulu aku bukanlah kapas putih
Dahulu aku adalah tinta hitam dalam lembaran biru
Saat berjalan bersamamu
Aku ingin kisah ini menjadi kapas putih
Kita yang akan memberi warna di kapas itu
Namun sekarang…
Kebimbanganku mulai memuncak
Kebimbanganku akan dirimu selalu terlintas
Perjalanan itu baru akan dimulai
Namun kau hentikan dengan egomu
Aku bimbang…
Aku bingung…
Hingga aku ragu…
Lembaran putih ini ternyata palsu
Kau hiasi dengan nilai yang agung
Kau paksa untuk berwarna putih
Hingga akhirnya putih itu memudar dan sirna…
Diposting oleh Lilis di 21.42 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: PUISI

Sirna

Kubenamkan segala tentangmu..
Baik tersirat dalam untai kata hingga wajahmu..
Terpercik harapan yang tak hingga.
Terluka kelam menyayat jiwa..
Tersudut membisu tiada mampu..
Tak ucap kasih padamu..
Hingga ku harus terhapus darimu..
Tanpa dan tiada rindu lagi..
Terpaan badai itu teramat dahsyat..
Hancurkan ribuan hasrat terpikat..
kepedihan ,,,kesedihan,,,
Terdampar hilang arang..
Bisikkan seraya padam..
Sekejap dalam hembusan..
Rasa sayang..
Serta kerinduan..sirna
Diposting oleh Lilis di 21.37 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: PUISI

Kamis, 02 Desember 2010

Menyentuh Dunia dan Hati anak

Sebagai seorang ibu, Anda pasti sangat mengasihi putra-putri Anda. Namun, apakah cara Anda mengasihi itu sudah benar atau belum, hal itu mungkin masih patut dipertanyakan. Anak-anak akan tumbuh sebagai anak yang gagal jika orang tua salah asuh. Terlalu memanjakan atau malah sebaliknya kurang perhatian, keduanya merupakan hal yang sama buruknya bagi perkembangan anak.

Ingatlah, bahwa apa yang Anda tanamkan pada anak-anak, akan jadi seperti itulah mereka kelak. Jadi tanamkan hal yang baik, dalam porsi dan cara yang benar pula.

Sebelum memiliki anak, ada baiknya jika Anda dan suami membuat kesepakatan terlebih dahulu tentang bagaimana Anda berdua ingin mendidik buah hati Anda.

Orang tua yang sepakat dan kompak adalah batasan yang paling aman bagi seorang anak untuk tahu apa yang boleh dan tidak boleh. Jangan sampai anak melihat orang tuanya 'terpecah'. Ayah bilang "ya", ibu juga harus bilang "ya".

Jika Anda dan suami ada perbedaan pandangan tentang bagaimana mendidik anak, bicarakan itu di 'belakang' anak Anda. Ingat, orang tua yang sepakat adalah orang tua yang berhasil!

Jangan memaksa buah hati Anda untuk memahami dunia dan segala kesusahan Anda. Belum saatnya bagi mereka untuk masuk ke dalam dunia Anda. Mereka belum siap untuk menanggung (atau memahami) apa yang Anda alami saat ini.

Anda-lah yang harus mau merendahkan diri dan memahami mereka. Anda-lah yang harus masuk ke dalam dunia mereka. Bagaimana pun Anda pernah ada dalam dunia anak-anak dan remaja bukan?! Namun, memahami bukan berarti selalu menyetujui.

Saat anak-anak Anda masih kecil, selalu terapkan kebiasaan memberi pengertian terhadap masalah atau kesalahan yang timbul. Hal ini lebih baik dari pada marah-marah. Jelaskan kepada si anak alasan mengapa Anda tidak setuju tentang sesuatu hal yang dia lakukan.

Jika dari masa mudanya, Anda sudah menerapkan pola memberi pengertian, maka saat anak Anda beranjak remaja, Anda akan tetap mendapat hormat dan kepercayaan darinya.

Namun, bagaimana jika Anda sudah terlambat menerapkan pola itu?
Tak ada kata terlambat untuk memulai hal yang positif terutama untuk buah hati kita. pendidikan yang paling efektif adalah pendidikan yang menerapkan sistem experience yaitu memasukan unsur pengalaman terhadap kehidupan anak. karnanya bewalah anak -anak kita ke dalam kehidupan yang memberikan pengalaman manis buat hidupnya.

Selain itu dalam hal menanamkan sesuatu fungsikan pemberian stimulus karena
Stimulasi pada masa kecil dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak dalam mengembangkan aktivitas berpikir mengenai segala sesuatu yang diserap melalui panca indera.
Stimulasi akan menjadikan sel-sel otak menjadi bercabang-cabang. Ini menunjukkan fungsi berpikir otak lebih optimum fase paling peka untuk pembentukan otak sebagai wadah kognitif atau yang biasa dikenal dengan "golden age" adalah usia 1 hingga 5 tahun, selain pada saat anak masih di dalam kandungan.

Stimulasi pada periode usia tersebut sangat mempengaruhi luas dan besarnya wadah kognitif sehingga menjadikan seseorang memiliki kemampuan berpikir yang luar biasa.

Namun, sebaliknya jika wadah kognitif tidak pernah mendapat rangsangan, maka akan menjadi sempit dan kecil sehingga menjadikan seorang individu memiliki kemampuan berpikir yang terbatas.

"Stimulasi pada anak dapat diberikan mulai dari dalam kandungan untuk merangsang panca inderanya dalam menerima beragam fakta dari luar yang diberikan orang tua," tandas Endah.

Saat sekarang, selanjutnya, kita dapat memberikan stimulasi dengan berbagai macam cara baik secara alamiah maupun direkayasa. Prinsipnya adalah informasi yang diberikan sebagai rangsangan tersebut haruslah bersifat kaya atau variatif dan memberi efek positif.

Stimulasi secara alamiah dapat dilakukan anak dengan sendirinya ketika ia mulai belajar segala sesuatu dari awal. Misalnya belajar berjalan, makan, atau mencoba menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya.

Adapun stimulasi lainnya dapat direkayasa dengan memberikan rangsangan pada setiap inderanya. Misalnya merangsang penglihatan dengan memberikan warna yang cerah dan terang di dalam kamar tidur atau pada mainannya.

Sementara itu untuk merangsang pendengaran, dapat diberikan bunyi-bunyian berupa musik sejak bayi di dalam kandungan hingga tumbuh menjadi anak.

Sedangkan untuk indera perabaan, kain yang mempunyai tingkat kekasaran atau kelembutan yang bervariasi dapat dijadikan media stimulasi. Semua stimulasi tersebut dapat mengembangkan dan memperluas otak anak sebagai wadah kognitif bagi mereka sehingga dapat tumbuh menjadi individu yang cerdas.

"Peran orang tua sangat menentukan dalam tumbuh kembang anak. Selain itu, agar anak tidak hanya cerdas dalam hal kognitif, pendidikan agama dan moral juga harus distimulus sedari dini,"  
mari kita beri stimulus positif untuk bua hati kita..
Diposting oleh Lilis di 21.55 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pendidikan

Selasa, 23 November 2010

Tinggalkan aku

aku berdiri diantara dua asa
yang bimbang, ragu, dan marah
kenapa kau tak jauhi aku
ku coba ku lari kepuncak
kau tunggu dilembah hingga aku lelah menghindar
ku lari kelaut
kau tunggu dipantai hingga aku lelah berlayar

tiap kubuka mata dari tidur
kau sudah berada tepat disamping ingatanku
tiap kututup mata tidurku
kau sudah berada disamping mimpiku

cobalah kau mengerti
cinta tak kan selalu memiliki
sayang bukan selalu harus mendampingi
aku tetap mengagumimu
meski takdir berkata lain

cobalah kau hidup dengan kehidupanmu
dan biarkanlah aku hidup dengan kehidupanku
biarlah cinta kita hanya menjadi kenangan di hati terdalam
hanya doa doalah yang masih patut kita panjatkan

untuk mu …..anggaplah aku
dan akupun akan tetap disampingmu hanya dengan doa
demi ketentraman, kedamaian hidupmu sekarang
Diposting oleh Lilis di 20.38 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: PUISI

kenanglah

Kenanglah aku jika tak mungkin lagi kita bersatu…
Ingatlah aku jika tak ada lagi aku di hatimu…
Ijinkan aku memandangmu jika tak mungkin lagi kita bertemu…
Lupakan semua jika tak ada lagi sisa asa di hatimu…

Rasa sesal mungkin tlah melekat di hati ini, membius di setiap kata dan tak mampu lagi untuk berbuat apa-apa.
Sudah jauh kini dirimu sulit untuk dibayangkan jika engkau akan kembali.
Rindu ini terpaku janji yang sulit untuk di ingkari, entah apa yang terjadi jika aku memohon harapan lagi padamu.
Namun tak bisa ku ungkiri aku masih merasakan hadirmu walau aku tak sanggup mengungkapkan kepadamu.Biarlah kenangan membiusku,
hadirmu akan menjadi baris cerita dalam hidupku.
Walaupun aku harus melupakanmu tapi di dasar hatiku masih terbingkai namamu…
Diposting oleh Lilis di 20.21 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: PUISI

Aku dan cintaku

Dia dan cintanya….
Aku dan cintaku…
Aku mencintainya dan aku lelah..
Sedikit nakal aku bermain dalam kejenuhanku

Mencoba meramba pelan mencari sesuatu yang baru..
Sesuatu yang membuatku menenggelamkan bosanku…
Jika seperti ini, siapa yang bersalah..???

Aku dan kelelahanku, atau dia yang membuatku lelah…???
Aku dan kejenuhanku ataukah dia yang membuatku jenuh…???
Aku sakit namun tak mampu berpaling…
Aku lelah namun tak sanggup tuk pergi…
Aku terluka namun aku mencinta..

Mencinta pada dia…
Kekasih jiwa yang membuatku lelah…
Diposting oleh Lilis di 20.15 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: PUISI

Maafkan aku

Maafkan aku, jika aku membuat hati kalian tidak terjaga...
Sehingga, sangat menggangu waktu-waktu berharga kalian...

Maafkan aku, jika sikapku dapat mengotori hatimu...
Sehingga, membuatmu terbayangi kehampaan...

Maafkan aku, jika karena aku pandanganmu tidak terpelihara...
Sehingga, dapat menumpulkan ketajaman hatimu...

Maafkan aku, jika ucapan aku, dirimu menjadi rentan...
Sehingga, cenderung membuatmu berharap...

Maafkan aku, jika caraku membuat fikiran kalian terbuai...
Sehingga, menjadikan kalian selalu bertanya-tanya...

Maafkan aku, jika karena aku kau harus mengorbankan waktu-waktu pentingmu...
Sehingga, kau menghisasi hari-hari dengan perbuatan sia-sia...

Maafkan aku, jika karena aku air matamu terkuras sia-sia...
maafkan aku..
Diposting oleh Lilis di 20.05 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: PUISI

Surat Dari Bayi Yang di Aborsi

Mama Tersayang

Apakah Mama Masih sering murung dan menangis? Aku harap semuanya sudah menjadi lebih baik. Sewaktu aku masih di dalam kandunganmu, aku selalu bersedih setiap kali aku mendengar Mama menangis. Aku selalu ingin menghiburmu, andai saja aku bisa. Tetapi lebih sering aku ikut menangis bersamamu. Kadang aku berteriak, “Mama, Mama sayang, kenapa menangis?”

Lalu aku menendang-nendang perutmu, agar Mama tahu aku ada di sini dan menemanimu, dan Mama tidak sendirian. Ada aku di sini. Tapi sepertinya teriakan ku kurang kencang dan tak terdengar olehmu. Di saat seperti itu, biasanya aku menangis lebih keras lagi. Aku selalu bersedih setiap kali mendengar hal-hal buruk menimpamu.

Belum lama aku meninggalkan rahimmu yang hangat itu, Mama tersayang. Bahkan aku masih ingat ketika aku melihat jari-jari tangan dan kakiku yang mungil – yang kadang-kadang kugerakkan dengan memukul atau menendang dinding rahimmu. Aku rindu saat-saat itu.

Aku selalu merasa ada ikatan khusus yang bekerja secara misterius di antara kita. Ikatan yang seolah-olah menyatukan hati dan perasaan kita. Bila kau senang, aku pun senang. Bila kau menangis aku juga merasakan sakitnya. Suatu hari kau menangis nyaris sepanjang malam – dan aku merasa bersedih mendengarnya. Tapi aku tak bisa membayangkan apa yang membuatmu bersedih? Siapa yang membuatmu menangis?

Pada malam yang sama ketika aku berusaha menghiburmu melalui tendangan-tendangan kecilku, sesuatu yang mengerikan terjadi padaku. Tiba-tiba lenganku seperti ditarik paksa dari tempatnya, dan tak lama dari itu aku melihat lenganku terlepas. Sakit sekali rasanya. Sakit yang hebat yang baru pertama kali kurasakan dan langsung merenggut tanganku. Aku sangat ketakutan. Aku berteriak sekuat tenaga sambil menahan sakit yang teramat di tubuhku. Tapi, Mama tersayang, mengapa kau tak berusaha menolongku?

Tangismu berhenti, tapi peristiwa yang lebih mengerikan justru terjadi padaku. Kakiku ditarik oleh sesuatu yang sangat dingin dan kejam – ditarik sampai kedua kakiku putus. Sakit sekali sampai aku kesulitan untuk bergerak dan bernapas lagi. Aku seperti merasakan sel-sel dalam tubuhku menyempit dan aku tak kuat lagi. Aku berteriak dengan sisa-sisa suaraku, “Mama, Mama, tolong aku! Tolong aku!” Tetapi sepertinya kau memang tak mendengar suaraku.

Tiba-tiba tubuhku dicabut dari tempatnya semula, dan rasa sakit yang dahsyat menghantamku hingga aku tak sadarkan diri lagi. Oh, Mama tersayang, betapa aku berusaha untuk tetap hidup dan menemanimu di sana. Tetapi sesuatu yang misterius itu tak bisa kuhentikan. Meskipun aku sudah menangis keras dan memohon kepadanya, ia tetap merenggut lenganku, kakiku, hingga seluruh tubuhku.

Mama tersayang, maafkan aku sudah tak bisa lagi menemani hari-harimu. Sebenarnya aku ingin sekali selalu bersamamu. Aku ingin mengusir semua air matamu. Aku punya banyak rencana untuk membahagiakanmu suatu saat nanti. Tetapi kini semuanya sudah terlambat, aku tak lagi bersamamu. Bahkan aku tak sempat mengatakan ak sangat menyayangimu. Pernah menjadi bayi di rahimmu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri buatku.

Mama tersayang, aku hanyalah satu dari sekian banyak calon bayi perempuan yang malang. Dan sejujurnya, aku masih ingin menjadi seorang bayi perempuan yang bisa tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik – sepertimu. Tetapi, rasanya kini semuanya sudah terlambat. Aku sudah pergi. Aku sudah tak bernyawa dan bernapas lagi.

Seseorang di sini mengatakan padaku bahwa aku adalah seorang bayi perempuan korban aborsi. Ia mengatakannya sambil mengejekku, hatiku sakit sekali mendengarnya – meskipun aku tak mengerti apa yang ia katakan. Aku tak tahu makhluk seperti apa aborsi itu. Aku nelum pernah mendengar sebelumnya. Apakah yang dikatakannya benar?

Mama tersayang, aku menulis surat ini untuk mengingatkanmu agar kau berhati-hati pada makhluk bernama aborsi itu. Makhluk ini jahat sekali. Dengan kejam ia merenggut lenganku, kakiku, tuibuhku, nyawaku. Aku jadi berpikir, apakah ia yang selama ini membuatmu menangis? Aku tak tahu. Aku tak dapat membayangkannya. Tetapi aku ingin Mama tetap berhati-hati padanya.

Mama tersayang, aku mohon maaf karena aku telah pergi meninggalkanmu sendirian. Aku harap kau bisa mengatasi semua masalahmu dan menjadi seseorang yang selalu dilingkupi kebahagiaan. Dan aku, meskipun tak bersamamu lagi, selalu mendoakanmu.

Salam sayang dari sini,
Bayi perempuanmu yang pergi.

Tulisan diatas adalah Kutipan dari buku "RAHIM" karya Fahd Djibran

http://www.rahimsemesta.co.nr/

STOP ABORTION!
Diposting oleh Lilis di 19.58 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Artikel kutipan

Senin, 08 November 2010

jadilah sahabat yang menyenangkan

 Secara fitrah, menikah akan memberikan ketenangan (ithmi’nân/thuma’nînah) bagi setiap manusia, asalkan pernikahannya dilakukan sesuai dengan aturan Allah Swt., Zat Yang mencurahkan cinta dan kasih-sayang kepada manusia.
Hampir setiap Mukmin mempunyai harapan yang sama tentang keluarganya, yaitu ingin bahagia; sakînah mawaddah warahmah. Namun, sebagian orang menganggap bahwa menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah serta langgeng adalah hal yang tidak gampang. Fakta-fakta buruk kehidupan rumahtangga yang terjadi di masyarakat seolah makin mengokohkan asumsi sulitnya menjalani kehidupan rumahtangga. Bahkan, tidak jarang, sebagian orang menjadi enggan menikah atau menunda-nunda pernikahannya.
Menikahlah, Karena Itu Ibadah
Sesungguhnya menikah itu bukanlah sesuatu yang menakutkan, hanya memerlukan perhitungan cermat dan persiapan matang saja, agar tidak menimbulkan penyesalan. Sebagai risalah yang syâmil (menyeluruh) dan kâmil (sempurna), Islam telah memberikan tuntunan tentang tujuan pernikahan yang harus dipahami oleh kaum Muslim. Tujuannya adalah agar pernikahan itu berkah dan bernilai ibadah serta benar-benar memberikan ketenangan bagi suami-istri. Dengan itu akan terwujud keluarga yang bahagia dan langgeng. Hal ini bisa diraih jika pernikahan itu dibangun atas dasar pemahaman Islam yang benar.
Menikah hendaknya diniatkan untuk mengikuti sunnah Rasullullah saw., melanjutkan keturunan, dan menjaga kehormatan. Menikah juga hendaknya ditujukan sebagai sarana dakwah, meneguhkan iman, dan menjaga kehormatan. Pernikahan merupakan sarana dakwah suami terhadap istri atau sebaliknya, juga dakwah terhadap keluarga keduanya, karena pernikahan berarti pula mempertautkan hubungan dua keluarga. Dengan begitu, jaringan persaudaraan dan kekerabatan pun semakin luas. Ini berarti, sarana dakwah juga bertambah. Pada skala yang lebih luas, pernikahan islami yang sukses tentu akan menjadi pilar penopang dan pengokoh perjuangan dakwah Islam, sekaligus tempat bersemainya kader-kader perjuangan dakwah masa depan.
Inilah tujuan pernikahan yang seharusnya menjadi pijakan setiap Muslim saat akan menikah. Karena itu, siapa pun yang akan menikah hendaknya betul-betul mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk meraih tujuan pernikahan seperti yang telah digariskan Islam. Setidaknya, setiap Muslim, laki-laki dan perempuan, harus memahami konsep-konsep pernikahan islami seperti: aturan Islam tentang posisi dan peran suami dan istri dalam keluarga, hak dan kewajiban suami-istri, serta kewajiban orangtua dan hak-hak anak; hukum seputar kehamilan, nasab, penyusuan, pengasuhan anak, serta pendidikan anak dalam Islam; ketentuan Islam tentang peran Muslimah sebagai istri, ibu, dan manajer rumahtangga, juga perannya sebagai bagian dari umat Islam secara keseluruhan, serta bagaimana jika kewajiban-kewajiban itu berbenturan pada saat yang sama; hukum seputar nafkah, waris, talak (cerai), rujuk, gugat cerai, hubungan dengan orangtua dan mertua, dan sebagainya. Semua itu membutuhkan penguasaan hukum-hukum Islam secara menyeluruh oleh pasangan yang akan menikah. Artinya, menikah itu harus didasarkan pada ilmu.
Jadilah Sahabat yang Menyenangkan
Pernikahan pada dasarnya merupakan akad antara laki-laki dan perempuan untuk membangun rumahtangga sebagai suami-istri sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Sesungguhnya kehidupan rumahtangga dalam Islam adalah kehidupan persahabatan. Suami adalah sahabat karib bagi istrinya, begitu pula sebaliknya. Keduanya benar-benar seperti dua sahabat karib yang siap berbagi suka dan duka bersama dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka demi meraih tujuan yang diridhai Allah Swt. Istri bukanlah sekadar patner kerja bagi suami, apalagi bawahan atau pegawai yang bekerja pada suami. Istri adalah sahabat, belahan jiwa, dan tempat curahan hati suaminya.
Islam telah menjadikan istri sebagai tempat yang penuh ketenteraman bagi suaminya. Allah Swt. berfirman:
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya. (QS ar-Rum [30]: 21).
Maka dari itu, sudah selayaknya suami akan merasa tenteram dan damai jika ada di sisi istrinya, demikian pula sebaliknya. Suami akan selalu cenderung dan ingin berdekatan dengan istrinya. Di sisi istrinya, suami akan selalu mendapat semangat baru untuk terus menapaki jalan dakwah, demikian pula sebaliknya. Keduanya akan saling tertarik dan cenderung kepada pasangannya, bukan saling menjauh. Keduanya akan saling menasihati, bukan mencela; saling menguatkan, bukan melemahkan; saling membantu, bukan bersaing. Keduanya pun selalu siap berproses bersama meningkatkan kualitas ketakwaannya demi meraih kemulian di sisi-Nya. Mereka berdua berharap, Allah Swt. berkenan mengumpulkan keduanya di surga kelak. Ini berarti, tabiat asli kehidupan rumahtangga dalam Islam adalah ithmi’nân/tuma’ninah (ketenangan dan ketentraman). Walhasil, kehidupan pernikahan yang ideal adalah terjalinnya kehidupan persahabatan antara suami dan istri yang mampu memberikan ketenangan dan ketenteraman bagi keduanya.
Untuk menjamin teraihnya ketengan dan ketenteraman tersebut, Islam telah menetapkan serangkaian aturan tentang hak dan kewajiban suami-istri. Jika seluruh hak dan kewajiban itu dijalankan secara benar, terwujudnya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah adalah suatu keniscayaan.
Bersabar atas Kekurangan Pasangan
Kerap terjadi, kenyataan hidup tidak seindah harapan. Begitu pula dengan kehidupan rumahtangga, tidak selamanya berlangsung tenang. Adakalanya kehidupan suami-istri itu dihadapkan pada berbagai problem baik kecil ataupun besar, yang bisa mengusik ketenangan keluarga. Penyebabnya sangat beragam; bisa karena kurangnya komunikasi antara suami-istri, suami kurang makruf terhadap istri, atau suami kurang perhatian kepada istri dan anak-anak; istri yang kurang pandai dan kurang kreatif menjalankan fungsinya sebagai istri, ibu, dan manajer rumahtangga; karena adanya kesalahpahaman dengan mertua; atau suami yang ‘kurang serius’ atau ‘kurang ulet’ mencari nafkah. Penyebab lainnya adalah karena tingkat pemahaman agama yang tidak seimbang antara suami-istri; tidak jarang pula karena dipicu oleh suami atau istri yang selingkuh, dan lain-lain.
Sesungguhnya Islam tidak menafikan adanya kemungkinan terusiknya ketenteraman dalam kehidupan rumahtangga. Sebab, secara alami, setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti dihadapkan pada berbagai persoalan. Hanya saja, seorang Muslim yang kokoh imannya akan senantiasa yakin bahwa Islam pasti mampu memecahkan semua problem kehidupannya. Oleh karena itu, dia akan senantiasa siap menghadapi problem tersebut, dengan menyempurnakan ikhtiar untuk mencari solusinya dari Islam, seiring dengan doa-doanya kepada Allah Swt. Sembari berharap, Allah memudahkan penyelesaian segala urusannya.
Keluarga yang sakinah mawaddah warahmah bukan berarti tidak pernah menghadapi masalah. Yang dimaksud adalah keluarga yang dibangun atas landasan Islam, dengan suami-istri sama-sama menyadari bahwa mereka menikah adalah untuk ibadah dan untuk menjadi pilar yang mengokohkan perjuangan Islam. Mereka siap menghadapi masalah apapun yang menimpa rumahtangga mereka. Sebab, mereka tahu jalan keluar apa yang harus ditempuh dengan bimbingan Islam.
Islam telah mengajarkan bahwa manusia bukanlah malaikat yang selalu taat kepada Allah, tidak pula ma‘shûm (terpelihara dari berbuat maksiat) seperti halnya para nabi dan para rasul. Manusia adalah hamba Allah yang memiliki peluang untuk melakukan kesalahan dan menjadi tempat berkumpulnya banyak kekurangan. Pasangan kita (suami atau istri) pun demikian, memiliki banyak kekurangan. Karena itu, kadangkala apa yang dilakukan dan ditampakkan oleh pasangan kita tidak seperti gambaran ideal yang kita harapkan. Dalam kondisi demikian, maka sikap yang harus diambil adalah bersabar!
Sabar adalah salah satu penampakan akhlak yang mulia, yaitu wujud ketaatan hamba terhadap perintah dan larangan Allah Swt. Sabar adalah bagian hukum syariat yang diperintahkan oleh Islam. (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 153; QS az-Zumar [39]: 10).
Makna kesabaran yang dimaksudkan adalah kesabaran seorang Mukmin dalam rangka ketaatan kepada Allah; dalam menjalankan seluruh perintah-Nya; dalam upaya menjauhi seluruh larangan-Nya; serta dalam menghadapi ujian dan cobaan, termasuk pula saat kita dihadapkan pada ‘kekurangan’ pasangan (suami atau istri) kita.
Namun demikian, kesabaran dalam menghadapi ‘kekurangan’ pasangan kita harus dicermati dulu faktanya. Pertama: Dalam hal ini, wujud kesabaran kita adalah dengan menasihatinya secara makruf serta mengingatkannya untuk tidak melalaikan kewajibannya dan agar segera meninggalkan larangan-Nya. Contoh pada suami: suami tidak berlaku makruf kepada istrinya, tidak menghargai istrinya, bukannya memuji tetapi justru suka mencela, tidak menafkahi istri dan anak-anaknya, enggan melaksanakan shalat fardhu, enggan menuntut ilmu, atau malas-malasan dalam berdakwah. Contoh pada istri: istri tidak taat pada suami, melalaikan pengasuhan anaknya, melalaikan tugasnya sebagai manajer rumahtangga (rabb al-bayt), sibuk berkarier, atau mengabaikan upaya menuntut ilmu dan aktivitas amar makruf nahi mungkar. Sabar dalam hal ini tidak cukup dengan berdiam diri saja atau nrimo dengan apa yang dilakukan oleh pasangan kita, tetapi harus ada upaya maksimal menasihatinya dan mendakwahinya. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, kita senantiasa mendoakan pasangan kita kepada Allah Swt.
Kedua: Jika kekurangan itu berkaitan dengan hal-hal yang mubah maka hendaknya dikomunikasikan secara makruf di antara suami-istri. Contoh: suami tidak terlalu romantis bahkan cenderung cuwek; miskin akan pujian terhadap istri, padahal sang istri mengharapkan itu; istri kurang pandai menata rumah, walaupun sudah berusaha maksimal tetapi tetap saja kurang estetikanya, sementara sang suami adalah orang yang apik dan rapi; istri kurang bisa memasak walaupun dia sudah berupaya maksimal menghasilkan yang terbaik; suami “cara bicaranya” kurang lembut dan cenderung bernada instruksi sehingga kerap menyinggung perasaan istri; istri tidak bisa berdandan untuk suami, model rambutnya kurang bagus, hasil cucian dan setrikaannya kurang rapi; dan sebagainya. Dalam hal ini kita dituntut bersabar untuk mengkomunikasikannya, memberikan masukan, serta mencari jalan keluar bersama pasangan kita. Jika upaya sudah maksimal tetapi belum juga ada perubahan, maka terimalah itu dengan lapang dada seraya terus mendoakannya kepada Allah Swt. (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 19). Rasulullah saw. bersabda:
Janganlah seorang suami membenci istrinya. Jika dia tidak menyukai satu perangainya maka dia akan menyenangi perangainya yang lain. (HR Muslim).
Inilah tuntunan Islam yang harus dipahami oleh setiap Mukmin yang ingin rumahtangganya diliputi dengan kebahagiaan, cinta kasih, ketenteraman, dan langgeng. Wallâhu a‘lam bi ash-shawab
Diposting oleh Lilis di 00.01 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pencerahan

Minggu, 07 November 2010

Mengoptimalkan peran ibu rumah tangga

Oleh : Reta Fajriah
(Pemerhati Masalah Keluarga)


كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، اْلإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

Masing-masing kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya…(HR al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw. telah menetapkan tanggung jawab terhadap laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam kapasitas sebagai pemimpin yang berbeda di dalam sebuah keluarga. Suami sebagai pemimpin bertugas mengendalikan arah rumah tangga serta penjamin kebutuhan hidup sehari-hari—seperti makanan, minuman dan pakaian—serta bertanggung jawab penuh atas berjalannya seluruh fungsi-fungsi keluarga. Adapun istri berperan sebagai pelaksana teknis tersedianya kebutuhan hidup keluarga serta penanggung jawab harian atas terselenggaranya segala sesuatu yang memungkinkan fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat dicapai. Berjalan-tidaknya fungsi-fungsi keluarga secara adil dan memadai merupakan indikasi tercapai-tidaknya keharmonisan dalam keluarga. Namun, ibarat mengayuh perahu, keduanya harus saling kompak dan bekerjasama agar biduk rumah tangga tidak terbalik. Fungsi-fungsi keluarga yang dimaksud adalah fungsi reproduksi (berketurunan), proteksi (perlindungan), ekonomi, sosial, edukasi (pendidikan), afektif (kehangatan dan kasih sayang), rekreasi, dan fungsi reliji (keagamaan).
Tugas utama serang istri secara umum ada dua: (1) sebagai Ibu, yang berkaitan langsung dengan pemenuhan fungsi reproduksi serta fungsi edukasi; (2) sebagai pengatur rumah tangga, yang berkaitan dengan pemenuhan fungsi-fungsi keluarga yang lainnya.

Beberapa Tuntunan
Pertama: Dalam pandangan Islam, tujuan dari pernikahan tidak hanya sekadar memiliki keturunan, tetapi juga bagaimana menjadikan keturunan kelak menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa (Lihat: QS al-Furqan [25]: 74). Agar terwujud, sudah pasti sang pemimpin terlebih dulu harus menjadi orang yang bertakwa. Untuk itulah, Islam telah memberi tuntunan agar mendapat keturunan yang baik dengan cara mempersiapkannya seawal mungkin, yaitu sejak sang ayah dan ibu berikhtiar untuk mendapatkan keturunan. Allah Swt. telah mensyariatkan adanya doa sebelum berhubungan intim, selanjutnya melakukan pendidikan terhadap anak mulai dari masa kandungan hingga anak mencapai usia balig.
Pendidikan adalah sebuah proses yang berkesinambungan hingga dapat mengantarkan anak memasuki usia balig dalam kondisi siap untuk menerima segala bentuk pembebanan hukum syariah saat dewasa. Di samping itu, anak perlu dibekali dengan keterampilan hidup yang memungkinkan baginya untuk bisa eksis dalam mengarungi kehidupan ini. Untuk itulah seorang Ibu dituntut agar memiliki kemampuan mendidik anak, baik dari sisi konsep maupun teknis pelaksanaan berikut pembiasaan dalam keseharian anak.
Kedua: Seorang istri berperan mengelola rumah tangganya agar tercapai keharmonisan di dalam keluarga. Dalam hal keuangan, istri diharapkan dapat mengatur sedemikian rupa nafkah yang diberikan oleh suami agar mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi jika penghasilan suami tidak seberapa besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyusun daftar rencana pemasukan dan pengeluaran dalam satu bulan, dengan prioritas pengeluaran yang dianggap paling penting. Jika kebutuhan hidup masih belum mencukupi, dengan izin suami seorang istri bisa saja membantu suami dalam menambah ekonomi keluarga. Jika memungkinkan carilah peluang pemasukan yang tidak banyak menyita waktu ke luar rumah, misalnya dengan menulis artikel dan buku; atau yang dapat membuka kesempatan untuk berinteraksi lebih banyak dengan masyarakat, seperti menjual busana Muslimah atau kebutuhan hidup sehari-hari di rumah; atau yang dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam mendidik anak, misalnya dengan menggeluti bidang pendidikan anak. Yang jelas, semua itu tidak boleh melalaikan kewajibannya yang lainnya seperti mendidik anak ataupun berdakwah.
Ketiga: Dalam hal pemenuhan fungsi proteksi keluarga, seorang istri dapat mengkondisikan suasana rumah yang tenang, bersih dan tertata rapi agar menjadi tempat berlindung yang nyaman dan membuat betah para penghuninya. Rasulullah saw. memuji seorang istri yang pandai merapikan rumah dengan mengatakan, “Ia tidak memenuhi rumah kita dengan sarang burung.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Kepedulian dan kesabaran istri dalam menyikapi persoalan yang dihadapi anggota keluarga dapat menjadikan suami dan anak-anak ingin segera kembali ke rumah untuk menyampaikan setiap suka dan duka yang dihadapinya di luar rumah. Keluarga menjadi tempat yang paling aman dan menyenangkan secara fisik dan psikis bagi anggotanya untuk saling berbagi. Apalagi bagi anak-anak, sebab sangat riskan jika mereka mencari kenyamanan di tempat lain yang bisa jadi berbahaya bagi pergaulannya.
Keempat: Fungsi sosial keluarga ditandai dengan adanya interaksi keluarga dengan masyarakat. Keharmonisan dengan anggota masyarakat harus terus dijalin, sebagaimana keharmonisan antar anggota keluarga. Apalagi Allah Swt. telah menetapkan akhlak bertetangga, sebagaimana sabda Nabi saw. (yang artinya):
Hak tetangga adalah jika dia sakit, engkau mengunjunginya; jika dia wafat, engkau mengantarkan jenazahnya; jika dia membutuhkan uang, engkau meminjaminya; jika dia mengalami kemiskinan (kesukaran), engkau rahasiakan; jika dia memperoleh kebaikan, engkau ucapkan selamat kepadanya; dan jika dia mengalami musibah, engkau mendatanginya untuk menyampaikan rasa duka. Janganlah meninggikan bangunan rumahmu melebihi bangunan rumahnya sehingga menutup kelancaran angin baginya. Jangan kamu mengganggunya dengan bau periuk masakan kecuali kamu menciduk sebagian untuk diberikan kepadanya. (HR ath-Thabrani).
Alangkah mulia tuntunan ini jika diamalkan dalam keseharian, khususnya oleh seorang istri yang relatif lebih banyak waktu di rumah. Hubungan yang baik dengan tetangga juga sangat membantu untuk mewujudkan kepemimpinan dan lingkungan yang islami. Berbagai hal bisa dilakukan dalam menumbuhkan kegiatan-kegiatan yang kondusif bagi syiar Islam dan pendidikan anak, misalnya dengan mengadakan pengajian rutin di kalangan ibu-ibu, sanlat dan kajian keislaman untuk anak dan remaja, serta pengajian umum untuk keluarga pada momen-momen tertentu. Sebuah keluarga yang bisa diterima dalam masyarakat, secara tidak langsung akan memperkuat pula dorongan bagi anggotanya untuk melaksanakan amar makruf nahi mungkar terhadap lingkungan yang juga merupakan kewajiban bagi setiap Muslim.
Kelima: Adanya kasih sayang dan kehangatan di dalam keluarga merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam menciptakan keharmonisan di dalam rumah tangga. Rasulullah mengajarkan hal yang demikian. Beliau bersabda, sebagaimana penuturan Anas ra., “Wahai anakku, jika kalian masuk menemui istrimu, ucapkanlah salam. Salammu itu menjadi berkah bagimu dan bagi penghuni rumahmu.” (HR at-Tirmidzi).
Dalam hadis lain, Ummul Mukminin Aisyah ra. Berkata, “Rasulullah adalah orang yang paling lunak hatinya, mudah tersenyum dan tertawa.” (HR Ibnu Saad).
Sebaliknya, seorang istri juga perlu selalu menyambut suami dengan menampakkan wajah berseri-seri dan memakai wewangian. Ketika bercakap-cakap, buatlah suasana santai dengan mendahulukan kabar yang menyenangkan dan disertai senda gurau. Sikap demikian akan membawa kesegaran bagi keduanya setelah seharian bergelut dengan kegiatan masing-masing. Ketika ada hal yang kurang berkenan, carilah waktu, tempat dan cara yang tepat untuk menyampaikannya. Tunjukkan bahwa penegur tidak berarti lebih baik dari yang ditegur. Adapun caranya sangat bergantung pada sifat suami, apakah lebih tepat disampaikan dalam bahasa yang jelas dan lugas atau dengan bahasa sindiran. Yang jelas semua dimaksudkan untuk kebaikan, tidak untuk menjatuhkan dan menunjukkan kekurangannya. Kalaupun ada kelemahan suami yang agak sulit diubah, hiburlah diri, dengan mengingat kebaikannya yang banyak, sebagaimana sabda Nabi saw., “Janganlah seorang Mukmin (suami) membenci Mukminah (istri). Jika ia membenci satu bagian, pasti ada bagian lain yang menyenangkannya.” (HR Muslim).
Tentu hadis ini berlaku sebaliknya. Kehangatan dan kasih sayang dalam keluarga juga meliputi hubungan antara orangtua dan anak. Biasakanlah memanggil anak dengan nama kesayangannya ataupun harapan yang baik, seperti anak salih, pintar, berani dan lain-lain. Ketika anak dikondisikan demikian, maka akan terbentuk konsep diri yang positif pada dirinya, sehingga anak termotivasi menjadi seperti yang diharapkan. Anak yang tumbuh dalam suasana keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang akan lebih percaya diri dalam menghadapi kehidupan di kemudian hari.
Keenam: Di tengah kesibukan anggota keluarga sehari-hari, penting untuk menyempatkan rekreasi bersama. Rekreasi tidak identik dengan wisata yang mengeluarkan biaya mahal, tetapi cukup dengan berkumpul di tempat yang santai, bersenda gurau bersama dan melepaskan segala rutinitas yang melelahkan. Kegiatan ini juga bisa dilakukan di rumah, misal dengan berkebun, olahraga, menonton tayangan, bermain air, bahkan sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci atau mengepel. Intinya kegiatan ini dilakukan oleh seluruh anggota keluarga dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Sesekali bisa saja diselipkan cerita lucu dan bermain tebak-tebakan. Seorang istri harus pandai memanfaatkan waktu, meskipun singkat, guna mengkondisikan kegiatan seperti ini. Kesegaran yang didapatkan, sangat membantu semuanya untuk kembali beraktivitas rutin di hari berikutnya.
Ketujuh: Hal yang tidak kalah pentingnya dalam keluarga adalah fungsi religius. Jika fungsi ini tidak terlaksana dengan baik, sebuah keluarga akan merasakan kegersangan batin, seberapapun tercukupi kebutuhan materi. Suasana ibadah dapat ditumbuhkan di tengah keluarga dengan terbiasa melakukan shalat berjamaah, tadarus bersama, shaum sunnah dan qiyamullail. Rasulullah saw. memuliakan suami istri yang terbiasa melakukan qiyamullail bersama, “Semoga Allah merahmati lelaki yang bangun malam, mengerjakan shalat dan membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan bangun, ia memercikkan air di wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun malam, mengerjakan shalat dan membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan, ia memercikkan air di wajahnya. (HR Abu Dawud dan Ibn Majah).
Subhânallâh! Betapa indahnya kebersamaan seperti ini, apalagi jika dilakukan oleh seluruh anggota keluarga. Seorang istri dapat membiasakan hal seperti ini di tengah keluarganya agar keluarga tersebut menjadi keluarga yang selalu dekat dan bertakwa kepada Allah Swt. Dengan demikian, setiap cobaan dan ujian yang menimpa keluarga akan dapat dihadapi dengan sikap sabar dan tawakal kepada Allah Swt.

Khatimah
Demikian tuntunan yang dapat dilakukan seorang perempuan dengan perannya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga untuk membawa keluarganya menjadi keluarga yang harmonis; sakînah mawaddah wa rahmah. Adanya kerjasama dengan suami akan sangat membantu tugas yang sangat berat ini.
Semoga Allah Swt. memberikan balasan atas setiap upaya yang kita lakukan dengan pahala yang berlipat ganda di sisi-Nya. Amin
Diposting oleh Lilis di 23.28 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Artikel kutipan
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Lencana Facebook

Lilis Mulyamah

Buat Lencana Anda

Feedjit

chat yuuuuk !!


ShoutMix chat widget

mau tau ??

Label

  • Artikel kutipan (5)
  • Baca Yuk (5)
  • kaca diri (4)
  • kau dan aku (9)
  • Lentera (1)
  • Masak yuuukk (5)
  • Pencerahan (9)
  • Pendidikan (4)
  • PUISI (13)

Mengenai Saya

Foto saya
Lilis
aku bukanlah aisyah,,,yang tercantik, bukan khadijah yang paling setia, bukan pula siti hajar yang paling tabah,aku hanya wanita biasa yang ingin menjadi penyempurna hidupmu. selalu berusaha positif thinking, percaya sama Allah kalau segala sesuatu itu pasti ada jalan keluarnya.apa yang kita dapatkan itulah yang terbaik buat kita hidup seperti bunga matahari, yang selalu menoleh mengikuti arah matahari,seumpama kita yang selalu berjalan mengikuti kata hati "If you look over your left shoulder and it is saying to go this and your other shoulder is telling you to go the other way. Then just follow your heart and you will be ok" - Anonymous -
Lihat profil lengkapku
  • Lilis Nu Baru

    Buat Lencana Anda

Pengikut

Arsip Blog

  • ►  2011 (14)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Januari (9)
  • ▼  2010 (41)
    • ▼  Desember (20)
      • Siomay
      • Telur dadar gulung
      • Roti gulung sosis
      • Ayam Mentega
      • Ayam bumbu keremes
      • Dua Sisi dalam Diri Kita
      • Harapan
      • Menghargai sebuah "perjuangan" untuk berubah
      • Mari Kita Tanggalkan Ego kita !!!
      • Setegar Batu Karang
      • Rumah Tangga
      • Me-refresh Diri Setelah disakiti
      • Belajar dari semut dan laba-laba
      • Pesan Rasulullah untuk Fatimah az-zahra
      • Letusan Toba
      • Batu tua
      • Hakikat mencintai
      • Putih itu telah pudar
      • Sirna
      • Menyentuh Dunia dan Hati anak
    • ►  November (14)
      • Tinggalkan aku
      • kenanglah
      • Aku dan cintaku
      • Maafkan aku
      • Surat Dari Bayi Yang di Aborsi
      • jadilah sahabat yang menyenangkan
      • Mengoptimalkan peran ibu rumah tangga
    • ►  Oktober (7)