Renungkanlah semua masalah kita
Berfikir tuk mencari apa jawabnya..
Bukan lari dari semua ini..
Memang kau yang ku cinta
Yang ada dihatiku sampai nanti..
Sampai hati ini terbalut lukamu..
Bukankah kau tahu apa isi hati ini..
Mengapa ini terus terjadi..
Dan terus kau ulangi sampai ku menangis..
Mengingat semua itu
Membaur bersama luka yang ada..
Membuat cinta ini rapuh..
Ku mohon engkau merubahnya..
Ku yakin kau mampu..
Membuat segalanya jadi indah..
Bulan malam aku mohon
sampaikanlah..Ucapkanlah..bisikkanlah..
padanya..
saat ini Aku hidup untuk cintanya..
Untukwaktu yang tak kutau ujungnya
Entri Populer
-
Mama Tersayang Apakah Mama Masih sering murung dan menangis? Aku harap semuanya sudah menjadi lebih baik. Sewaktu aku masih di dalam kand...
-
Banyak orang yang merasa lemah, dan selalu merasa tidak kuat menjalani hidup ini kemudian. Pergilah ke pantai atau ke laut… lihatlah batu ...
-
Pernahkah Anda berada dalam kondisi yang sangat membingungkan, di antara beberapa pilihan yang membuat Anda merasa tertekan, dihimpit berba...
-
Secara fitrah, menikah akan memberikan ketenangan ( ithmi’nân/thuma’nînah ) bagi setiap manusia, asalkan pernikahannya dilakukan sesuai de...
-
Pengertian dari sebuah rumah tangga, adalah hidup bersama dalam satu atap, menjaga keharmonisan dan pengertian. Rumah tangga bukan bera...
-
Sepasang pengantin baru telah selesai melangsungkan sebuah pesta pernikahan. Dua sejoli ini sungguh berbahagia saat mengarungi masa-masa s...
-
Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa mendo’akannya walaupun dia tidak berada disisi kita. Tuhan memberikan kita dua kaki un...
-
Sometimes the end is just the beginning... Apakah Anda merasa sedih karena sedang berpisah dengan seseorang? Ditinggalkan oleh orang ya...
-
Maafkan aku, jika aku membuat hati kalian tidak terjaga... Sehingga, sangat menggangu waktu-waktu berharga kalian... Maafkan aku, jik...
-
Saudaraku, bila anda saat ini sedang sedih dan merasa buntu pikiran dalam menghadapi masalah, mudah-mudahan tulisan ini bisa membantu memb...
Senin, 17 Januari 2011
Kamis, 13 Januari 2011
Fatamorgana
pernah aku menjadi cintamu
seperti takkan pernah terpisah, bagai pantai dan lautan
begitu indah ....
begitu indahnya,hingga aku tak sadar bahwa itu fatamorgana
cinta yang bertahta, dan aku hanya hamba
kau hianati hatiku, seperti kau leburkan rasa cinta yang membatu ini
tatap mataku, dan lihatlah betapa aku takkan pernah berhenti mencintaimu
meski hadirmu tak pernah ada lagi
namun, penantianku takkan pernah usai
walau usiaku hanya satu langkah lagi
seperti takkan pernah terpisah, bagai pantai dan lautan
begitu indah ....
begitu indahnya,hingga aku tak sadar bahwa itu fatamorgana
cinta yang bertahta, dan aku hanya hamba
kau hianati hatiku, seperti kau leburkan rasa cinta yang membatu ini
tatap mataku, dan lihatlah betapa aku takkan pernah berhenti mencintaimu
meski hadirmu tak pernah ada lagi
namun, penantianku takkan pernah usai
walau usiaku hanya satu langkah lagi
Aku bukan Rinjani
ku hanyalah sempu..
Ku memang taklah seindah rinjani..
Ku senang engkau datang..
menginjakkan kakimu di pantaiku..
dan bermain dengan riak ombakku..
Ku hanyalah sempu bagimu..
Dari awal ku memang ragu..
Tapi ku tolak semua itu..
kutepis semua itu..
demi indah yang kau tawarkan
Hari berganti hari kulalui..
Kebahagiaan semu yang kudapat hanyalah sekejap rasa
Namun bahagiaku tak dapat dibeli..
selamanya kan jadi penggalan indah dalam hidupku
dan kini ...
Biarlah ku menjadi sempu..
Kejarlah rinjani…itu
karna aku bukan Rinjani
Ku memang taklah seindah rinjani..
Ku senang engkau datang..
menginjakkan kakimu di pantaiku..
dan bermain dengan riak ombakku..
Ku hanyalah sempu bagimu..
Dari awal ku memang ragu..
Tapi ku tolak semua itu..
kutepis semua itu..
demi indah yang kau tawarkan
Hari berganti hari kulalui..
Kebahagiaan semu yang kudapat hanyalah sekejap rasa
Namun bahagiaku tak dapat dibeli..
selamanya kan jadi penggalan indah dalam hidupku
dan kini ...
Biarlah ku menjadi sempu..
Kejarlah rinjani…itu
karna aku bukan Rinjani
lara
Sepercik cinta yang dulu hangatkanku
Kini menjadi kobaran pilu yang membakar hatiku
Setitik kasih yang dulu sejukkanku
Kini menjadi lautan resah yang menenggelamkan renungku
hanya disini menjadi tempatku bercurah
Walau mungkin perasaan ini masih membuncah
kini tempatku mengeluh
Mengeluh untuk hatiku yang lusuh
Kini menjadi kobaran pilu yang membakar hatiku
Setitik kasih yang dulu sejukkanku
Kini menjadi lautan resah yang menenggelamkan renungku
hanya disini menjadi tempatku bercurah
Walau mungkin perasaan ini masih membuncah
kini tempatku mengeluh
Mengeluh untuk hatiku yang lusuh
Selasa, 11 Januari 2011
Akan kubawa hatiku
Sejujurnya...
Aku menerimamu apa adanya
Lalu aku berusaha menjangkaumu kembali. Disaat kau sedikit menjauh. Kita kemudian dalam diam yang panjang. Ada suatu yang tak terungkap tak terbaca di antara gelombang rasa dan pikiran kita.
Aku tahu aku akan ke mana, tapi tak pernah tahu seberapa jauh langkahku mendekatimu. Seberapa jauh dirimu membiarkan aku menghampirimu, atau membiarkan dirimu mendekat padaku.
Lalu langkah-langkahku seakan terhenti di perbatasan antara keinginan dan harapan. Tapi semua sementara, esok aku akan berlari melintasi cakrawala senja di antara gedung-gedung tinggi.
Semua kesementaraan adalah kebiasaan yang kita terima begitu saja. Toh dalam kesementaraan tetaplah durasi berkuasa menentukan titik-titik rasa menggurui dan mengarahkan pada suatu kefanaan yang riil yaitu terjadi pada waktu, pada durasi.
Hingga akhirnya aku harus kembali pada duniaku, realitas yang mencengkeram dan melepasku bersamaan. Akulah penentu arah realitasku. Akulah yang memilih realitasku, akan ku kemanakan rasaku di antara realitas itu. Biarlah ruang dan waktu selalu ada disitu, aku yang menentukan durasi, adalah aku yang menentukan kemana tubuh dan pikiranku kubawa.
Namun, kesementaraan yang terus menerus akhirnya menjadi satu bola lingkar kejadian, satu kesatuan kesan yang menggumul menjadi kristal rasa yang mendalam. Itulah yang aku alami. Hingga kesementaraan tersebut tak dapat dibendung, tak dapat dicegah untuk selalu terulang. Laksana titik hujan yang terus berulang, terus terjadi tetap saja aku tak akan mampu menahan yang terus menerus setiap terjadinya.
Semua organ tubuhku, pikiranku dan rasaku bergerak selaras dengan pikiranku, tapi hatiku tak dapat diselaraskan. Meski jemariku menuliskan ini, tetap saja hatiku mengembara entah kemana, kadang kala ke tempat yang jauh di ujung harapan, kadangkala terjembab didasar keraguan. Segala kejadian yang ramai mengeroyok pikiranku membuatku hendak pergi ke tempat yang tak aku kenal, tapi rasanya tak mungkin, karena tubuhku-otakku tetap tak bisa lepas dari pikiran, dari hatiku yang menarik-nariku padamu, pada dirimu, pada pengalamanmu.
Aku ingin bicara denganmu saat ini, namun belum lagi terjadi. Entah apa yang akan kukatakan selain to console you atau ask you just to listen to me. Sebentar lagi aku beranjak ke tempat lain, ruang dan waktu yang aku jajagi hari-hari lalu. Ruang dan waktu yang membuatku memiliki harap bahwa sejarah yang indah dapatlah terjaga tetap Indah dalam bingkai waktu, dan bentuk ruang yang baru. Karena bagaimanapun di dunia ini tak ada yang benar-benar baru.
Aku menerimamu apa adanya
Lalu aku berusaha menjangkaumu kembali. Disaat kau sedikit menjauh. Kita kemudian dalam diam yang panjang. Ada suatu yang tak terungkap tak terbaca di antara gelombang rasa dan pikiran kita.
Aku tahu aku akan ke mana, tapi tak pernah tahu seberapa jauh langkahku mendekatimu. Seberapa jauh dirimu membiarkan aku menghampirimu, atau membiarkan dirimu mendekat padaku.
Lalu langkah-langkahku seakan terhenti di perbatasan antara keinginan dan harapan. Tapi semua sementara, esok aku akan berlari melintasi cakrawala senja di antara gedung-gedung tinggi.
Semua kesementaraan adalah kebiasaan yang kita terima begitu saja. Toh dalam kesementaraan tetaplah durasi berkuasa menentukan titik-titik rasa menggurui dan mengarahkan pada suatu kefanaan yang riil yaitu terjadi pada waktu, pada durasi.
Hingga akhirnya aku harus kembali pada duniaku, realitas yang mencengkeram dan melepasku bersamaan. Akulah penentu arah realitasku. Akulah yang memilih realitasku, akan ku kemanakan rasaku di antara realitas itu. Biarlah ruang dan waktu selalu ada disitu, aku yang menentukan durasi, adalah aku yang menentukan kemana tubuh dan pikiranku kubawa.
Namun, kesementaraan yang terus menerus akhirnya menjadi satu bola lingkar kejadian, satu kesatuan kesan yang menggumul menjadi kristal rasa yang mendalam. Itulah yang aku alami. Hingga kesementaraan tersebut tak dapat dibendung, tak dapat dicegah untuk selalu terulang. Laksana titik hujan yang terus berulang, terus terjadi tetap saja aku tak akan mampu menahan yang terus menerus setiap terjadinya.
Semua organ tubuhku, pikiranku dan rasaku bergerak selaras dengan pikiranku, tapi hatiku tak dapat diselaraskan. Meski jemariku menuliskan ini, tetap saja hatiku mengembara entah kemana, kadang kala ke tempat yang jauh di ujung harapan, kadangkala terjembab didasar keraguan. Segala kejadian yang ramai mengeroyok pikiranku membuatku hendak pergi ke tempat yang tak aku kenal, tapi rasanya tak mungkin, karena tubuhku-otakku tetap tak bisa lepas dari pikiran, dari hatiku yang menarik-nariku padamu, pada dirimu, pada pengalamanmu.
Aku ingin bicara denganmu saat ini, namun belum lagi terjadi. Entah apa yang akan kukatakan selain to console you atau ask you just to listen to me. Sebentar lagi aku beranjak ke tempat lain, ruang dan waktu yang aku jajagi hari-hari lalu. Ruang dan waktu yang membuatku memiliki harap bahwa sejarah yang indah dapatlah terjaga tetap Indah dalam bingkai waktu, dan bentuk ruang yang baru. Karena bagaimanapun di dunia ini tak ada yang benar-benar baru.
Rabu, 05 Januari 2011
mencintai kehilangan
Cinta baru sempurna jika terasa menyayat, seperti segumpal tanah liat akan tampil indah setelah dipahat. Cinta menjadi abadi ketika tak terjangkau, ibarat bumi selalu mengitari matahari, karena tak mampu meraihnya selamanya menjadi bayanyangan yang tak terengkuh.
Ditinggalkan lebih jauh menyakitkan daripada diputuskan,namun lebih menyakitkan lagi ketika kita tidak mengerti bahwa terkadang Tuhan izinkan kita kehilangan seseorang untuk kebaikan kita sendiri..kehilangan akan membuat kita merasa rapuh tapi disisi lain kehilangan membuat kita menjadi tegar.
Tetapi sesuatu yang hilang belum tentu meninggalkan kekosongan, karena jejak jejak yang ditinggalkannya tak kan pernah benar benar hilang. Maka belajarlah mencintai kehilangan itu, karena ia adalah bagian alamiah dari hidup. Kehilangan membuat banyak pelajaran dan pengalaman baru buat kita dapat menerima dengan baik proses itu, menerima diri kita sendiri.
Kata orang bijak manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup, kita sadar kita tak memiliki apapun kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan ketika kita kehilangan. Ada pembelajaran ketika kita menjadi dewasa, atau mungkin menjadi sebuah proses lepasnya sebuah ego dalam diri. Disaat kehilangan kita jadi meringkuk seperti bayi yang tak punya kuasa.
Menyadari bahwa sekuat apapun jiwa dan diri, setiap hidup tak pernah lepas dri kehilangan, bahwa cerita di dunia ini bukan hanya celoteh kita, tapi ada celoteh lain yang harus didengarkan, dipenuhi dan dijalankan tak lain demi keharmonisan.
Selasa, 04 Januari 2011
Metamorfosis
menjadi karanglah meski tidak mudah,
sebab ia kan menahan sengat binar mentari yang garang,
sebab ia kan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa
tanpa kenal lelah
melawan bayu yang keras menghembus
dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan
sebab keteguhanya kan menahan hempas badai yang datang
menggerus/ terus menerus
ia kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus
ia kan berdiri tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad, tanpa rasa jemu dan bosan
menjadi mutiaralah meski itu juga tak mudah
sebab ia berada di dasar samudra yang dalam
sebab ia begitu sulit dijangkau oleh tangan-tangan manusia
sebab ia begitu berharga, sebab ia begitu indah dipandang mata
sebab ia tetap bersinar meski tenggelam di kubangan yang hitam..
menjadi pohonlah yang tinggi menjulang meski itu tidak mudah
sebab ia tetap tegar bara mentari yang terus menyala di setiap siangnya
sebab ia kan meliuk halangai angin yang bertiup kasar
ia kan terus menjejaki bumi hadapi gemuruh sang petir
sebab ia hujamkan akar yang kuat untuk menopang
untuk menahan gempita hujan yang coba merubuhkan
dan senantiasa berikan bebuahan yang manis dan mengeyangkan
sebab ia kan berikan tempat bernaung bagi burung-burung yang singgah di dahannya
lalu berikan tempat berlindung dengan rindang daun-daunya
menjadi melati-lah meski tampak tak bermakna
sebab ia kan tebar wewangian tanpa meminta balasan
ia begitu putih seolah tanpa cacat
sebab ia tak takut hadapi angin dan hujan dengan mungil tubuhnya
ia tak pernah iri melihat mawar yang segar merekah
dan tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi
ia tak pernah dengki dan rendah diri
pada keanggunan anggrek dan tulip yang berwarna-warni
dan tak gentar layu karena pahami hakikat hidupnya…
menjadi elang-lah dengan segala kejantananya, meski itu juga tak mudah
sebab ia harus melayang tinggi menembus birunya langit
melanglang buana taklukan medanya
sebab ia harus melawan angin yang menerpa dari segala penjuru
ia harus mengangkasa jauh tanpa takut jatuh
menukik tajam mencengkeram mangsa
dan kembali ke sarang dengan makanan di paruhnya
bersama kepak sayap yang membentang gagah
menjadi kupu-kupulah meski itu juga tak mudah
sebab ia harus melewati proses-proses sulit sebelum dirinya saat ini
ia lalui semedi panjang tanpa rasa bosan
dan belajar lebih banyak berdiam
untuk menunggu waktu yang tepat tentang keindahan
sebab ia bersembunyi dan menahan diri dari segala yang menyenangkan
hingga tiba saat keluar dan bagikan kebaikan…
(Thufail Al-Ghifari)
sebab ia kan menahan sengat binar mentari yang garang,
sebab ia kan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa
tanpa kenal lelah
melawan bayu yang keras menghembus
dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan
sebab keteguhanya kan menahan hempas badai yang datang
menggerus/ terus menerus
ia kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus
ia kan berdiri tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad, tanpa rasa jemu dan bosan
menjadi mutiaralah meski itu juga tak mudah
sebab ia berada di dasar samudra yang dalam
sebab ia begitu sulit dijangkau oleh tangan-tangan manusia
sebab ia begitu berharga, sebab ia begitu indah dipandang mata
sebab ia tetap bersinar meski tenggelam di kubangan yang hitam..
menjadi pohonlah yang tinggi menjulang meski itu tidak mudah
sebab ia tetap tegar bara mentari yang terus menyala di setiap siangnya
sebab ia kan meliuk halangai angin yang bertiup kasar
ia kan terus menjejaki bumi hadapi gemuruh sang petir
sebab ia hujamkan akar yang kuat untuk menopang
untuk menahan gempita hujan yang coba merubuhkan
dan senantiasa berikan bebuahan yang manis dan mengeyangkan
sebab ia kan berikan tempat bernaung bagi burung-burung yang singgah di dahannya
lalu berikan tempat berlindung dengan rindang daun-daunya
menjadi melati-lah meski tampak tak bermakna
sebab ia kan tebar wewangian tanpa meminta balasan
ia begitu putih seolah tanpa cacat
sebab ia tak takut hadapi angin dan hujan dengan mungil tubuhnya
ia tak pernah iri melihat mawar yang segar merekah
dan tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi
ia tak pernah dengki dan rendah diri
pada keanggunan anggrek dan tulip yang berwarna-warni
dan tak gentar layu karena pahami hakikat hidupnya…
menjadi elang-lah dengan segala kejantananya, meski itu juga tak mudah
sebab ia harus melayang tinggi menembus birunya langit
melanglang buana taklukan medanya
sebab ia harus melawan angin yang menerpa dari segala penjuru
ia harus mengangkasa jauh tanpa takut jatuh
menukik tajam mencengkeram mangsa
dan kembali ke sarang dengan makanan di paruhnya
bersama kepak sayap yang membentang gagah
menjadi kupu-kupulah meski itu juga tak mudah
sebab ia harus melewati proses-proses sulit sebelum dirinya saat ini
ia lalui semedi panjang tanpa rasa bosan
dan belajar lebih banyak berdiam
untuk menunggu waktu yang tepat tentang keindahan
sebab ia bersembunyi dan menahan diri dari segala yang menyenangkan
hingga tiba saat keluar dan bagikan kebaikan…
(Thufail Al-Ghifari)
Langganan:
Postingan (Atom)