aku berdiri diantara dua asa
yang bimbang, ragu, dan marah
kenapa kau tak jauhi aku
ku coba ku lari kepuncak
kau tunggu dilembah hingga aku lelah menghindar
ku lari kelaut
kau tunggu dipantai hingga aku lelah berlayar
tiap kubuka mata dari tidur
kau sudah berada tepat disamping ingatanku
tiap kututup mata tidurku
kau sudah berada disamping mimpiku
cobalah kau mengerti
cinta tak kan selalu memiliki
sayang bukan selalu harus mendampingi
aku tetap mengagumimu
meski takdir berkata lain
cobalah kau hidup dengan kehidupanmu
dan biarkanlah aku hidup dengan kehidupanku
biarlah cinta kita hanya menjadi kenangan di hati terdalam
hanya doa doalah yang masih patut kita panjatkan
untuk mu …..anggaplah aku
dan akupun akan tetap disampingmu hanya dengan doa
demi ketentraman, kedamaian hidupmu sekarang
Entri Populer
-
Mama Tersayang Apakah Mama Masih sering murung dan menangis? Aku harap semuanya sudah menjadi lebih baik. Sewaktu aku masih di dalam kand...
-
Banyak orang yang merasa lemah, dan selalu merasa tidak kuat menjalani hidup ini kemudian. Pergilah ke pantai atau ke laut… lihatlah batu ...
-
Pernahkah Anda berada dalam kondisi yang sangat membingungkan, di antara beberapa pilihan yang membuat Anda merasa tertekan, dihimpit berba...
-
Secara fitrah, menikah akan memberikan ketenangan ( ithmi’nân/thuma’nînah ) bagi setiap manusia, asalkan pernikahannya dilakukan sesuai de...
-
Pengertian dari sebuah rumah tangga, adalah hidup bersama dalam satu atap, menjaga keharmonisan dan pengertian. Rumah tangga bukan bera...
-
Sepasang pengantin baru telah selesai melangsungkan sebuah pesta pernikahan. Dua sejoli ini sungguh berbahagia saat mengarungi masa-masa s...
-
Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa mendo’akannya walaupun dia tidak berada disisi kita. Tuhan memberikan kita dua kaki un...
-
Sometimes the end is just the beginning... Apakah Anda merasa sedih karena sedang berpisah dengan seseorang? Ditinggalkan oleh orang ya...
-
Maafkan aku, jika aku membuat hati kalian tidak terjaga... Sehingga, sangat menggangu waktu-waktu berharga kalian... Maafkan aku, jik...
-
Saudaraku, bila anda saat ini sedang sedih dan merasa buntu pikiran dalam menghadapi masalah, mudah-mudahan tulisan ini bisa membantu memb...
Selasa, 23 November 2010
kenanglah
Kenanglah aku jika tak mungkin lagi kita bersatu…
Ingatlah aku jika tak ada lagi aku di hatimu…
Ijinkan aku memandangmu jika tak mungkin lagi kita bertemu…
Lupakan semua jika tak ada lagi sisa asa di hatimu…
Rasa sesal mungkin tlah melekat di hati ini, membius di setiap kata dan tak mampu lagi untuk berbuat apa-apa.
Sudah jauh kini dirimu sulit untuk dibayangkan jika engkau akan kembali.
Rindu ini terpaku janji yang sulit untuk di ingkari, entah apa yang terjadi jika aku memohon harapan lagi padamu.
Namun tak bisa ku ungkiri aku masih merasakan hadirmu walau aku tak sanggup mengungkapkan kepadamu.Biarlah kenangan membiusku,
hadirmu akan menjadi baris cerita dalam hidupku.
Walaupun aku harus melupakanmu tapi di dasar hatiku masih terbingkai namamu…
Ingatlah aku jika tak ada lagi aku di hatimu…
Ijinkan aku memandangmu jika tak mungkin lagi kita bertemu…
Lupakan semua jika tak ada lagi sisa asa di hatimu…
Rasa sesal mungkin tlah melekat di hati ini, membius di setiap kata dan tak mampu lagi untuk berbuat apa-apa.
Sudah jauh kini dirimu sulit untuk dibayangkan jika engkau akan kembali.
Rindu ini terpaku janji yang sulit untuk di ingkari, entah apa yang terjadi jika aku memohon harapan lagi padamu.
Namun tak bisa ku ungkiri aku masih merasakan hadirmu walau aku tak sanggup mengungkapkan kepadamu.Biarlah kenangan membiusku,
hadirmu akan menjadi baris cerita dalam hidupku.
Walaupun aku harus melupakanmu tapi di dasar hatiku masih terbingkai namamu…
Aku dan cintaku
Dia dan cintanya….
Aku dan cintaku…
Aku mencintainya dan aku lelah..
Sedikit nakal aku bermain dalam kejenuhanku
Mencoba meramba pelan mencari sesuatu yang baru..
Sesuatu yang membuatku menenggelamkan bosanku…
Jika seperti ini, siapa yang bersalah..???
Aku dan kelelahanku, atau dia yang membuatku lelah…???
Aku dan kejenuhanku ataukah dia yang membuatku jenuh…???
Aku sakit namun tak mampu berpaling…
Aku lelah namun tak sanggup tuk pergi…
Aku terluka namun aku mencinta..
Mencinta pada dia…
Kekasih jiwa yang membuatku lelah…
Aku dan cintaku…
Aku mencintainya dan aku lelah..
Sedikit nakal aku bermain dalam kejenuhanku
Mencoba meramba pelan mencari sesuatu yang baru..
Sesuatu yang membuatku menenggelamkan bosanku…
Jika seperti ini, siapa yang bersalah..???
Aku dan kelelahanku, atau dia yang membuatku lelah…???
Aku dan kejenuhanku ataukah dia yang membuatku jenuh…???
Aku sakit namun tak mampu berpaling…
Aku lelah namun tak sanggup tuk pergi…
Aku terluka namun aku mencinta..
Mencinta pada dia…
Kekasih jiwa yang membuatku lelah…
Maafkan aku
Maafkan aku, jika aku membuat hati kalian tidak terjaga...
Sehingga, sangat menggangu waktu-waktu berharga kalian...
Maafkan aku, jika sikapku dapat mengotori hatimu...
Sehingga, membuatmu terbayangi kehampaan...
Maafkan aku, jika karena aku pandanganmu tidak terpelihara...
Sehingga, dapat menumpulkan ketajaman hatimu...
Maafkan aku, jika ucapan aku, dirimu menjadi rentan...
Sehingga, cenderung membuatmu berharap...
Maafkan aku, jika caraku membuat fikiran kalian terbuai...
Sehingga, menjadikan kalian selalu bertanya-tanya...
Maafkan aku, jika karena aku kau harus mengorbankan waktu-waktu pentingmu...
Sehingga, kau menghisasi hari-hari dengan perbuatan sia-sia...
Maafkan aku, jika karena aku air matamu terkuras sia-sia...
maafkan aku..
Sehingga, sangat menggangu waktu-waktu berharga kalian...
Maafkan aku, jika sikapku dapat mengotori hatimu...
Sehingga, membuatmu terbayangi kehampaan...
Maafkan aku, jika karena aku pandanganmu tidak terpelihara...
Sehingga, dapat menumpulkan ketajaman hatimu...
Maafkan aku, jika ucapan aku, dirimu menjadi rentan...
Sehingga, cenderung membuatmu berharap...
Maafkan aku, jika caraku membuat fikiran kalian terbuai...
Sehingga, menjadikan kalian selalu bertanya-tanya...
Maafkan aku, jika karena aku kau harus mengorbankan waktu-waktu pentingmu...
Sehingga, kau menghisasi hari-hari dengan perbuatan sia-sia...
Maafkan aku, jika karena aku air matamu terkuras sia-sia...
maafkan aku..
Surat Dari Bayi Yang di Aborsi
Mama Tersayang
Apakah Mama Masih sering murung dan menangis? Aku harap semuanya sudah menjadi lebih baik. Sewaktu aku masih di dalam kandunganmu, aku selalu bersedih setiap kali aku mendengar Mama menangis. Aku selalu ingin menghiburmu, andai saja aku bisa. Tetapi lebih sering aku ikut menangis bersamamu. Kadang aku berteriak, “Mama, Mama sayang, kenapa menangis?”
Lalu aku menendang-nendang perutmu, agar Mama tahu aku ada di sini dan menemanimu, dan Mama tidak sendirian. Ada aku di sini. Tapi sepertinya teriakan ku kurang kencang dan tak terdengar olehmu. Di saat seperti itu, biasanya aku menangis lebih keras lagi. Aku selalu bersedih setiap kali mendengar hal-hal buruk menimpamu.
Belum lama aku meninggalkan rahimmu yang hangat itu, Mama tersayang. Bahkan aku masih ingat ketika aku melihat jari-jari tangan dan kakiku yang mungil – yang kadang-kadang kugerakkan dengan memukul atau menendang dinding rahimmu. Aku rindu saat-saat itu.
Aku selalu merasa ada ikatan khusus yang bekerja secara misterius di antara kita. Ikatan yang seolah-olah menyatukan hati dan perasaan kita. Bila kau senang, aku pun senang. Bila kau menangis aku juga merasakan sakitnya. Suatu hari kau menangis nyaris sepanjang malam – dan aku merasa bersedih mendengarnya. Tapi aku tak bisa membayangkan apa yang membuatmu bersedih? Siapa yang membuatmu menangis?
Pada malam yang sama ketika aku berusaha menghiburmu melalui tendangan-tendangan kecilku, sesuatu yang mengerikan terjadi padaku. Tiba-tiba lenganku seperti ditarik paksa dari tempatnya, dan tak lama dari itu aku melihat lenganku terlepas. Sakit sekali rasanya. Sakit yang hebat yang baru pertama kali kurasakan dan langsung merenggut tanganku. Aku sangat ketakutan. Aku berteriak sekuat tenaga sambil menahan sakit yang teramat di tubuhku. Tapi, Mama tersayang, mengapa kau tak berusaha menolongku?
Tangismu berhenti, tapi peristiwa yang lebih mengerikan justru terjadi padaku. Kakiku ditarik oleh sesuatu yang sangat dingin dan kejam – ditarik sampai kedua kakiku putus. Sakit sekali sampai aku kesulitan untuk bergerak dan bernapas lagi. Aku seperti merasakan sel-sel dalam tubuhku menyempit dan aku tak kuat lagi. Aku berteriak dengan sisa-sisa suaraku, “Mama, Mama, tolong aku! Tolong aku!” Tetapi sepertinya kau memang tak mendengar suaraku.
Tiba-tiba tubuhku dicabut dari tempatnya semula, dan rasa sakit yang dahsyat menghantamku hingga aku tak sadarkan diri lagi. Oh, Mama tersayang, betapa aku berusaha untuk tetap hidup dan menemanimu di sana. Tetapi sesuatu yang misterius itu tak bisa kuhentikan. Meskipun aku sudah menangis keras dan memohon kepadanya, ia tetap merenggut lenganku, kakiku, hingga seluruh tubuhku.
Mama tersayang, maafkan aku sudah tak bisa lagi menemani hari-harimu. Sebenarnya aku ingin sekali selalu bersamamu. Aku ingin mengusir semua air matamu. Aku punya banyak rencana untuk membahagiakanmu suatu saat nanti. Tetapi kini semuanya sudah terlambat, aku tak lagi bersamamu. Bahkan aku tak sempat mengatakan ak sangat menyayangimu. Pernah menjadi bayi di rahimmu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri buatku.
Mama tersayang, aku hanyalah satu dari sekian banyak calon bayi perempuan yang malang. Dan sejujurnya, aku masih ingin menjadi seorang bayi perempuan yang bisa tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik – sepertimu. Tetapi, rasanya kini semuanya sudah terlambat. Aku sudah pergi. Aku sudah tak bernyawa dan bernapas lagi.
Seseorang di sini mengatakan padaku bahwa aku adalah seorang bayi perempuan korban aborsi. Ia mengatakannya sambil mengejekku, hatiku sakit sekali mendengarnya – meskipun aku tak mengerti apa yang ia katakan. Aku tak tahu makhluk seperti apa aborsi itu. Aku nelum pernah mendengar sebelumnya. Apakah yang dikatakannya benar?
Mama tersayang, aku menulis surat ini untuk mengingatkanmu agar kau berhati-hati pada makhluk bernama aborsi itu. Makhluk ini jahat sekali. Dengan kejam ia merenggut lenganku, kakiku, tuibuhku, nyawaku. Aku jadi berpikir, apakah ia yang selama ini membuatmu menangis? Aku tak tahu. Aku tak dapat membayangkannya. Tetapi aku ingin Mama tetap berhati-hati padanya.
Mama tersayang, aku mohon maaf karena aku telah pergi meninggalkanmu sendirian. Aku harap kau bisa mengatasi semua masalahmu dan menjadi seseorang yang selalu dilingkupi kebahagiaan. Dan aku, meskipun tak bersamamu lagi, selalu mendoakanmu.
Salam sayang dari sini,
Bayi perempuanmu yang pergi.
Tulisan diatas adalah Kutipan dari buku "RAHIM" karya Fahd Djibran
http://www.rahimsemesta.co.nr/
STOP ABORTION!
Apakah Mama Masih sering murung dan menangis? Aku harap semuanya sudah menjadi lebih baik. Sewaktu aku masih di dalam kandunganmu, aku selalu bersedih setiap kali aku mendengar Mama menangis. Aku selalu ingin menghiburmu, andai saja aku bisa. Tetapi lebih sering aku ikut menangis bersamamu. Kadang aku berteriak, “Mama, Mama sayang, kenapa menangis?”
Lalu aku menendang-nendang perutmu, agar Mama tahu aku ada di sini dan menemanimu, dan Mama tidak sendirian. Ada aku di sini. Tapi sepertinya teriakan ku kurang kencang dan tak terdengar olehmu. Di saat seperti itu, biasanya aku menangis lebih keras lagi. Aku selalu bersedih setiap kali mendengar hal-hal buruk menimpamu.
Belum lama aku meninggalkan rahimmu yang hangat itu, Mama tersayang. Bahkan aku masih ingat ketika aku melihat jari-jari tangan dan kakiku yang mungil – yang kadang-kadang kugerakkan dengan memukul atau menendang dinding rahimmu. Aku rindu saat-saat itu.
Aku selalu merasa ada ikatan khusus yang bekerja secara misterius di antara kita. Ikatan yang seolah-olah menyatukan hati dan perasaan kita. Bila kau senang, aku pun senang. Bila kau menangis aku juga merasakan sakitnya. Suatu hari kau menangis nyaris sepanjang malam – dan aku merasa bersedih mendengarnya. Tapi aku tak bisa membayangkan apa yang membuatmu bersedih? Siapa yang membuatmu menangis?
Pada malam yang sama ketika aku berusaha menghiburmu melalui tendangan-tendangan kecilku, sesuatu yang mengerikan terjadi padaku. Tiba-tiba lenganku seperti ditarik paksa dari tempatnya, dan tak lama dari itu aku melihat lenganku terlepas. Sakit sekali rasanya. Sakit yang hebat yang baru pertama kali kurasakan dan langsung merenggut tanganku. Aku sangat ketakutan. Aku berteriak sekuat tenaga sambil menahan sakit yang teramat di tubuhku. Tapi, Mama tersayang, mengapa kau tak berusaha menolongku?
Tangismu berhenti, tapi peristiwa yang lebih mengerikan justru terjadi padaku. Kakiku ditarik oleh sesuatu yang sangat dingin dan kejam – ditarik sampai kedua kakiku putus. Sakit sekali sampai aku kesulitan untuk bergerak dan bernapas lagi. Aku seperti merasakan sel-sel dalam tubuhku menyempit dan aku tak kuat lagi. Aku berteriak dengan sisa-sisa suaraku, “Mama, Mama, tolong aku! Tolong aku!” Tetapi sepertinya kau memang tak mendengar suaraku.
Tiba-tiba tubuhku dicabut dari tempatnya semula, dan rasa sakit yang dahsyat menghantamku hingga aku tak sadarkan diri lagi. Oh, Mama tersayang, betapa aku berusaha untuk tetap hidup dan menemanimu di sana. Tetapi sesuatu yang misterius itu tak bisa kuhentikan. Meskipun aku sudah menangis keras dan memohon kepadanya, ia tetap merenggut lenganku, kakiku, hingga seluruh tubuhku.
Mama tersayang, maafkan aku sudah tak bisa lagi menemani hari-harimu. Sebenarnya aku ingin sekali selalu bersamamu. Aku ingin mengusir semua air matamu. Aku punya banyak rencana untuk membahagiakanmu suatu saat nanti. Tetapi kini semuanya sudah terlambat, aku tak lagi bersamamu. Bahkan aku tak sempat mengatakan ak sangat menyayangimu. Pernah menjadi bayi di rahimmu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri buatku.
Mama tersayang, aku hanyalah satu dari sekian banyak calon bayi perempuan yang malang. Dan sejujurnya, aku masih ingin menjadi seorang bayi perempuan yang bisa tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik – sepertimu. Tetapi, rasanya kini semuanya sudah terlambat. Aku sudah pergi. Aku sudah tak bernyawa dan bernapas lagi.
Seseorang di sini mengatakan padaku bahwa aku adalah seorang bayi perempuan korban aborsi. Ia mengatakannya sambil mengejekku, hatiku sakit sekali mendengarnya – meskipun aku tak mengerti apa yang ia katakan. Aku tak tahu makhluk seperti apa aborsi itu. Aku nelum pernah mendengar sebelumnya. Apakah yang dikatakannya benar?
Mama tersayang, aku menulis surat ini untuk mengingatkanmu agar kau berhati-hati pada makhluk bernama aborsi itu. Makhluk ini jahat sekali. Dengan kejam ia merenggut lenganku, kakiku, tuibuhku, nyawaku. Aku jadi berpikir, apakah ia yang selama ini membuatmu menangis? Aku tak tahu. Aku tak dapat membayangkannya. Tetapi aku ingin Mama tetap berhati-hati padanya.
Mama tersayang, aku mohon maaf karena aku telah pergi meninggalkanmu sendirian. Aku harap kau bisa mengatasi semua masalahmu dan menjadi seseorang yang selalu dilingkupi kebahagiaan. Dan aku, meskipun tak bersamamu lagi, selalu mendoakanmu.
Salam sayang dari sini,
Bayi perempuanmu yang pergi.
Tulisan diatas adalah Kutipan dari buku "RAHIM" karya Fahd Djibran
http://www.rahimsemesta.co.nr/
STOP ABORTION!

Senin, 08 November 2010
jadilah sahabat yang menyenangkan
Secara fitrah, menikah akan memberikan ketenangan (ithmi’nân/thuma’nînah) bagi setiap manusia, asalkan pernikahannya dilakukan sesuai dengan aturan Allah Swt., Zat Yang mencurahkan cinta dan kasih-sayang kepada manusia.
Hampir setiap Mukmin mempunyai harapan yang sama tentang keluarganya, yaitu ingin bahagia; sakînah mawaddah warahmah. Namun, sebagian orang menganggap bahwa menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah serta langgeng adalah hal yang tidak gampang. Fakta-fakta buruk kehidupan rumahtangga yang terjadi di masyarakat seolah makin mengokohkan asumsi sulitnya menjalani kehidupan rumahtangga. Bahkan, tidak jarang, sebagian orang menjadi enggan menikah atau menunda-nunda pernikahannya.
Menikahlah, Karena Itu Ibadah
Sesungguhnya menikah itu bukanlah sesuatu yang menakutkan, hanya memerlukan perhitungan cermat dan persiapan matang saja, agar tidak menimbulkan penyesalan. Sebagai risalah yang syâmil (menyeluruh) dan kâmil (sempurna), Islam telah memberikan tuntunan tentang tujuan pernikahan yang harus dipahami oleh kaum Muslim. Tujuannya adalah agar pernikahan itu berkah dan bernilai ibadah serta benar-benar memberikan ketenangan bagi suami-istri. Dengan itu akan terwujud keluarga yang bahagia dan langgeng. Hal ini bisa diraih jika pernikahan itu dibangun atas dasar pemahaman Islam yang benar.
Menikah hendaknya diniatkan untuk mengikuti sunnah Rasullullah saw., melanjutkan keturunan, dan menjaga kehormatan. Menikah juga hendaknya ditujukan sebagai sarana dakwah, meneguhkan iman, dan menjaga kehormatan. Pernikahan merupakan sarana dakwah suami terhadap istri atau sebaliknya, juga dakwah terhadap keluarga keduanya, karena pernikahan berarti pula mempertautkan hubungan dua keluarga. Dengan begitu, jaringan persaudaraan dan kekerabatan pun semakin luas. Ini berarti, sarana dakwah juga bertambah. Pada skala yang lebih luas, pernikahan islami yang sukses tentu akan menjadi pilar penopang dan pengokoh perjuangan dakwah Islam, sekaligus tempat bersemainya kader-kader perjuangan dakwah masa depan.
Inilah tujuan pernikahan yang seharusnya menjadi pijakan setiap Muslim saat akan menikah. Karena itu, siapa pun yang akan menikah hendaknya betul-betul mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk meraih tujuan pernikahan seperti yang telah digariskan Islam. Setidaknya, setiap Muslim, laki-laki dan perempuan, harus memahami konsep-konsep pernikahan islami seperti: aturan Islam tentang posisi dan peran suami dan istri dalam keluarga, hak dan kewajiban suami-istri, serta kewajiban orangtua dan hak-hak anak; hukum seputar kehamilan, nasab, penyusuan, pengasuhan anak, serta pendidikan anak dalam Islam; ketentuan Islam tentang peran Muslimah sebagai istri, ibu, dan manajer rumahtangga, juga perannya sebagai bagian dari umat Islam secara keseluruhan, serta bagaimana jika kewajiban-kewajiban itu berbenturan pada saat yang sama; hukum seputar nafkah, waris, talak (cerai), rujuk, gugat cerai, hubungan dengan orangtua dan mertua, dan sebagainya. Semua itu membutuhkan penguasaan hukum-hukum Islam secara menyeluruh oleh pasangan yang akan menikah. Artinya, menikah itu harus didasarkan pada ilmu.
Jadilah Sahabat yang Menyenangkan
Pernikahan pada dasarnya merupakan akad antara laki-laki dan perempuan untuk membangun rumahtangga sebagai suami-istri sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Sesungguhnya kehidupan rumahtangga dalam Islam adalah kehidupan persahabatan. Suami adalah sahabat karib bagi istrinya, begitu pula sebaliknya. Keduanya benar-benar seperti dua sahabat karib yang siap berbagi suka dan duka bersama dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka demi meraih tujuan yang diridhai Allah Swt. Istri bukanlah sekadar patner kerja bagi suami, apalagi bawahan atau pegawai yang bekerja pada suami. Istri adalah sahabat, belahan jiwa, dan tempat curahan hati suaminya.
Islam telah menjadikan istri sebagai tempat yang penuh ketenteraman bagi suaminya. Allah Swt. berfirman:
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya. (QS ar-Rum [30]: 21).
Maka dari itu, sudah selayaknya suami akan merasa tenteram dan damai jika ada di sisi istrinya, demikian pula sebaliknya. Suami akan selalu cenderung dan ingin berdekatan dengan istrinya. Di sisi istrinya, suami akan selalu mendapat semangat baru untuk terus menapaki jalan dakwah, demikian pula sebaliknya. Keduanya akan saling tertarik dan cenderung kepada pasangannya, bukan saling menjauh. Keduanya akan saling menasihati, bukan mencela; saling menguatkan, bukan melemahkan; saling membantu, bukan bersaing. Keduanya pun selalu siap berproses bersama meningkatkan kualitas ketakwaannya demi meraih kemulian di sisi-Nya. Mereka berdua berharap, Allah Swt. berkenan mengumpulkan keduanya di surga kelak. Ini berarti, tabiat asli kehidupan rumahtangga dalam Islam adalah ithmi’nân/tuma’ninah (ketenangan dan ketentraman). Walhasil, kehidupan pernikahan yang ideal adalah terjalinnya kehidupan persahabatan antara suami dan istri yang mampu memberikan ketenangan dan ketenteraman bagi keduanya.
Untuk menjamin teraihnya ketengan dan ketenteraman tersebut, Islam telah menetapkan serangkaian aturan tentang hak dan kewajiban suami-istri. Jika seluruh hak dan kewajiban itu dijalankan secara benar, terwujudnya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah adalah suatu keniscayaan.
Bersabar atas Kekurangan Pasangan
Kerap terjadi, kenyataan hidup tidak seindah harapan. Begitu pula dengan kehidupan rumahtangga, tidak selamanya berlangsung tenang. Adakalanya kehidupan suami-istri itu dihadapkan pada berbagai problem baik kecil ataupun besar, yang bisa mengusik ketenangan keluarga. Penyebabnya sangat beragam; bisa karena kurangnya komunikasi antara suami-istri, suami kurang makruf terhadap istri, atau suami kurang perhatian kepada istri dan anak-anak; istri yang kurang pandai dan kurang kreatif menjalankan fungsinya sebagai istri, ibu, dan manajer rumahtangga; karena adanya kesalahpahaman dengan mertua; atau suami yang ‘kurang serius’ atau ‘kurang ulet’ mencari nafkah. Penyebab lainnya adalah karena tingkat pemahaman agama yang tidak seimbang antara suami-istri; tidak jarang pula karena dipicu oleh suami atau istri yang selingkuh, dan lain-lain.
Sesungguhnya Islam tidak menafikan adanya kemungkinan terusiknya ketenteraman dalam kehidupan rumahtangga. Sebab, secara alami, setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti dihadapkan pada berbagai persoalan. Hanya saja, seorang Muslim yang kokoh imannya akan senantiasa yakin bahwa Islam pasti mampu memecahkan semua problem kehidupannya. Oleh karena itu, dia akan senantiasa siap menghadapi problem tersebut, dengan menyempurnakan ikhtiar untuk mencari solusinya dari Islam, seiring dengan doa-doanya kepada Allah Swt. Sembari berharap, Allah memudahkan penyelesaian segala urusannya.
Keluarga yang sakinah mawaddah warahmah bukan berarti tidak pernah menghadapi masalah. Yang dimaksud adalah keluarga yang dibangun atas landasan Islam, dengan suami-istri sama-sama menyadari bahwa mereka menikah adalah untuk ibadah dan untuk menjadi pilar yang mengokohkan perjuangan Islam. Mereka siap menghadapi masalah apapun yang menimpa rumahtangga mereka. Sebab, mereka tahu jalan keluar apa yang harus ditempuh dengan bimbingan Islam.
Islam telah mengajarkan bahwa manusia bukanlah malaikat yang selalu taat kepada Allah, tidak pula ma‘shûm (terpelihara dari berbuat maksiat) seperti halnya para nabi dan para rasul. Manusia adalah hamba Allah yang memiliki peluang untuk melakukan kesalahan dan menjadi tempat berkumpulnya banyak kekurangan. Pasangan kita (suami atau istri) pun demikian, memiliki banyak kekurangan. Karena itu, kadangkala apa yang dilakukan dan ditampakkan oleh pasangan kita tidak seperti gambaran ideal yang kita harapkan. Dalam kondisi demikian, maka sikap yang harus diambil adalah bersabar!
Sabar adalah salah satu penampakan akhlak yang mulia, yaitu wujud ketaatan hamba terhadap perintah dan larangan Allah Swt. Sabar adalah bagian hukum syariat yang diperintahkan oleh Islam. (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 153; QS az-Zumar [39]: 10).
Makna kesabaran yang dimaksudkan adalah kesabaran seorang Mukmin dalam rangka ketaatan kepada Allah; dalam menjalankan seluruh perintah-Nya; dalam upaya menjauhi seluruh larangan-Nya; serta dalam menghadapi ujian dan cobaan, termasuk pula saat kita dihadapkan pada ‘kekurangan’ pasangan (suami atau istri) kita.
Namun demikian, kesabaran dalam menghadapi ‘kekurangan’ pasangan kita harus dicermati dulu faktanya. Pertama: Dalam hal ini, wujud kesabaran kita adalah dengan menasihatinya secara makruf serta mengingatkannya untuk tidak melalaikan kewajibannya dan agar segera meninggalkan larangan-Nya. Contoh pada suami: suami tidak berlaku makruf kepada istrinya, tidak menghargai istrinya, bukannya memuji tetapi justru suka mencela, tidak menafkahi istri dan anak-anaknya, enggan melaksanakan shalat fardhu, enggan menuntut ilmu, atau malas-malasan dalam berdakwah. Contoh pada istri: istri tidak taat pada suami, melalaikan pengasuhan anaknya, melalaikan tugasnya sebagai manajer rumahtangga (rabb al-bayt), sibuk berkarier, atau mengabaikan upaya menuntut ilmu dan aktivitas amar makruf nahi mungkar. Sabar dalam hal ini tidak cukup dengan berdiam diri saja atau nrimo dengan apa yang dilakukan oleh pasangan kita, tetapi harus ada upaya maksimal menasihatinya dan mendakwahinya. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, kita senantiasa mendoakan pasangan kita kepada Allah Swt.
Kedua: Jika kekurangan itu berkaitan dengan hal-hal yang mubah maka hendaknya dikomunikasikan secara makruf di antara suami-istri. Contoh: suami tidak terlalu romantis bahkan cenderung cuwek; miskin akan pujian terhadap istri, padahal sang istri mengharapkan itu; istri kurang pandai menata rumah, walaupun sudah berusaha maksimal tetapi tetap saja kurang estetikanya, sementara sang suami adalah orang yang apik dan rapi; istri kurang bisa memasak walaupun dia sudah berupaya maksimal menghasilkan yang terbaik; suami “cara bicaranya” kurang lembut dan cenderung bernada instruksi sehingga kerap menyinggung perasaan istri; istri tidak bisa berdandan untuk suami, model rambutnya kurang bagus, hasil cucian dan setrikaannya kurang rapi; dan sebagainya. Dalam hal ini kita dituntut bersabar untuk mengkomunikasikannya, memberikan masukan, serta mencari jalan keluar bersama pasangan kita. Jika upaya sudah maksimal tetapi belum juga ada perubahan, maka terimalah itu dengan lapang dada seraya terus mendoakannya kepada Allah Swt. (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 19). Rasulullah saw. bersabda:
Janganlah seorang suami membenci istrinya. Jika dia tidak menyukai satu perangainya maka dia akan menyenangi perangainya yang lain. (HR Muslim).
Inilah tuntunan Islam yang harus dipahami oleh setiap Mukmin yang ingin rumahtangganya diliputi dengan kebahagiaan, cinta kasih, ketenteraman, dan langgeng. Wallâhu a‘lam bi ash-shawab
Minggu, 07 November 2010
Mengoptimalkan peran ibu rumah tangga
Oleh : Reta Fajriah
(Pemerhati Masalah Keluarga)
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، اْلإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
Masing-masing kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya…(HR al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw. telah menetapkan tanggung jawab terhadap laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam kapasitas sebagai pemimpin yang berbeda di dalam sebuah keluarga. Suami sebagai pemimpin bertugas mengendalikan arah rumah tangga serta penjamin kebutuhan hidup sehari-hari—seperti makanan, minuman dan pakaian—serta bertanggung jawab penuh atas berjalannya seluruh fungsi-fungsi keluarga. Adapun istri berperan sebagai pelaksana teknis tersedianya kebutuhan hidup keluarga serta penanggung jawab harian atas terselenggaranya segala sesuatu yang memungkinkan fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat dicapai. Berjalan-tidaknya fungsi-fungsi keluarga secara adil dan memadai merupakan indikasi tercapai-tidaknya keharmonisan dalam keluarga. Namun, ibarat mengayuh perahu, keduanya harus saling kompak dan bekerjasama agar biduk rumah tangga tidak terbalik. Fungsi-fungsi keluarga yang dimaksud adalah fungsi reproduksi (berketurunan), proteksi (perlindungan), ekonomi, sosial, edukasi (pendidikan), afektif (kehangatan dan kasih sayang), rekreasi, dan fungsi reliji (keagamaan).
Tugas utama serang istri secara umum ada dua: (1) sebagai Ibu, yang berkaitan langsung dengan pemenuhan fungsi reproduksi serta fungsi edukasi; (2) sebagai pengatur rumah tangga, yang berkaitan dengan pemenuhan fungsi-fungsi keluarga yang lainnya.
Beberapa Tuntunan
Pertama: Dalam pandangan Islam, tujuan dari pernikahan tidak hanya sekadar memiliki keturunan, tetapi juga bagaimana menjadikan keturunan kelak menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa (Lihat: QS al-Furqan [25]: 74). Agar terwujud, sudah pasti sang pemimpin terlebih dulu harus menjadi orang yang bertakwa. Untuk itulah, Islam telah memberi tuntunan agar mendapat keturunan yang baik dengan cara mempersiapkannya seawal mungkin, yaitu sejak sang ayah dan ibu berikhtiar untuk mendapatkan keturunan. Allah Swt. telah mensyariatkan adanya doa sebelum berhubungan intim, selanjutnya melakukan pendidikan terhadap anak mulai dari masa kandungan hingga anak mencapai usia balig.
Pendidikan adalah sebuah proses yang berkesinambungan hingga dapat mengantarkan anak memasuki usia balig dalam kondisi siap untuk menerima segala bentuk pembebanan hukum syariah saat dewasa. Di samping itu, anak perlu dibekali dengan keterampilan hidup yang memungkinkan baginya untuk bisa eksis dalam mengarungi kehidupan ini. Untuk itulah seorang Ibu dituntut agar memiliki kemampuan mendidik anak, baik dari sisi konsep maupun teknis pelaksanaan berikut pembiasaan dalam keseharian anak.
Kedua: Seorang istri berperan mengelola rumah tangganya agar tercapai keharmonisan di dalam keluarga. Dalam hal keuangan, istri diharapkan dapat mengatur sedemikian rupa nafkah yang diberikan oleh suami agar mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi jika penghasilan suami tidak seberapa besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyusun daftar rencana pemasukan dan pengeluaran dalam satu bulan, dengan prioritas pengeluaran yang dianggap paling penting. Jika kebutuhan hidup masih belum mencukupi, dengan izin suami seorang istri bisa saja membantu suami dalam menambah ekonomi keluarga. Jika memungkinkan carilah peluang pemasukan yang tidak banyak menyita waktu ke luar rumah, misalnya dengan menulis artikel dan buku; atau yang dapat membuka kesempatan untuk berinteraksi lebih banyak dengan masyarakat, seperti menjual busana Muslimah atau kebutuhan hidup sehari-hari di rumah; atau yang dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam mendidik anak, misalnya dengan menggeluti bidang pendidikan anak. Yang jelas, semua itu tidak boleh melalaikan kewajibannya yang lainnya seperti mendidik anak ataupun berdakwah.
Ketiga: Dalam hal pemenuhan fungsi proteksi keluarga, seorang istri dapat mengkondisikan suasana rumah yang tenang, bersih dan tertata rapi agar menjadi tempat berlindung yang nyaman dan membuat betah para penghuninya. Rasulullah saw. memuji seorang istri yang pandai merapikan rumah dengan mengatakan, “Ia tidak memenuhi rumah kita dengan sarang burung.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Kepedulian dan kesabaran istri dalam menyikapi persoalan yang dihadapi anggota keluarga dapat menjadikan suami dan anak-anak ingin segera kembali ke rumah untuk menyampaikan setiap suka dan duka yang dihadapinya di luar rumah. Keluarga menjadi tempat yang paling aman dan menyenangkan secara fisik dan psikis bagi anggotanya untuk saling berbagi. Apalagi bagi anak-anak, sebab sangat riskan jika mereka mencari kenyamanan di tempat lain yang bisa jadi berbahaya bagi pergaulannya.
Keempat: Fungsi sosial keluarga ditandai dengan adanya interaksi keluarga dengan masyarakat. Keharmonisan dengan anggota masyarakat harus terus dijalin, sebagaimana keharmonisan antar anggota keluarga. Apalagi Allah Swt. telah menetapkan akhlak bertetangga, sebagaimana sabda Nabi saw. (yang artinya):
Hak tetangga adalah jika dia sakit, engkau mengunjunginya; jika dia wafat, engkau mengantarkan jenazahnya; jika dia membutuhkan uang, engkau meminjaminya; jika dia mengalami kemiskinan (kesukaran), engkau rahasiakan; jika dia memperoleh kebaikan, engkau ucapkan selamat kepadanya; dan jika dia mengalami musibah, engkau mendatanginya untuk menyampaikan rasa duka. Janganlah meninggikan bangunan rumahmu melebihi bangunan rumahnya sehingga menutup kelancaran angin baginya. Jangan kamu mengganggunya dengan bau periuk masakan kecuali kamu menciduk sebagian untuk diberikan kepadanya. (HR ath-Thabrani).
Alangkah mulia tuntunan ini jika diamalkan dalam keseharian, khususnya oleh seorang istri yang relatif lebih banyak waktu di rumah. Hubungan yang baik dengan tetangga juga sangat membantu untuk mewujudkan kepemimpinan dan lingkungan yang islami. Berbagai hal bisa dilakukan dalam menumbuhkan kegiatan-kegiatan yang kondusif bagi syiar Islam dan pendidikan anak, misalnya dengan mengadakan pengajian rutin di kalangan ibu-ibu, sanlat dan kajian keislaman untuk anak dan remaja, serta pengajian umum untuk keluarga pada momen-momen tertentu. Sebuah keluarga yang bisa diterima dalam masyarakat, secara tidak langsung akan memperkuat pula dorongan bagi anggotanya untuk melaksanakan amar makruf nahi mungkar terhadap lingkungan yang juga merupakan kewajiban bagi setiap Muslim.
Kelima: Adanya kasih sayang dan kehangatan di dalam keluarga merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam menciptakan keharmonisan di dalam rumah tangga. Rasulullah mengajarkan hal yang demikian. Beliau bersabda, sebagaimana penuturan Anas ra., “Wahai anakku, jika kalian masuk menemui istrimu, ucapkanlah salam. Salammu itu menjadi berkah bagimu dan bagi penghuni rumahmu.” (HR at-Tirmidzi).
Dalam hadis lain, Ummul Mukminin Aisyah ra. Berkata, “Rasulullah adalah orang yang paling lunak hatinya, mudah tersenyum dan tertawa.” (HR Ibnu Saad).
Sebaliknya, seorang istri juga perlu selalu menyambut suami dengan menampakkan wajah berseri-seri dan memakai wewangian. Ketika bercakap-cakap, buatlah suasana santai dengan mendahulukan kabar yang menyenangkan dan disertai senda gurau. Sikap demikian akan membawa kesegaran bagi keduanya setelah seharian bergelut dengan kegiatan masing-masing. Ketika ada hal yang kurang berkenan, carilah waktu, tempat dan cara yang tepat untuk menyampaikannya. Tunjukkan bahwa penegur tidak berarti lebih baik dari yang ditegur. Adapun caranya sangat bergantung pada sifat suami, apakah lebih tepat disampaikan dalam bahasa yang jelas dan lugas atau dengan bahasa sindiran. Yang jelas semua dimaksudkan untuk kebaikan, tidak untuk menjatuhkan dan menunjukkan kekurangannya. Kalaupun ada kelemahan suami yang agak sulit diubah, hiburlah diri, dengan mengingat kebaikannya yang banyak, sebagaimana sabda Nabi saw., “Janganlah seorang Mukmin (suami) membenci Mukminah (istri). Jika ia membenci satu bagian, pasti ada bagian lain yang menyenangkannya.” (HR Muslim).
Tentu hadis ini berlaku sebaliknya. Kehangatan dan kasih sayang dalam keluarga juga meliputi hubungan antara orangtua dan anak. Biasakanlah memanggil anak dengan nama kesayangannya ataupun harapan yang baik, seperti anak salih, pintar, berani dan lain-lain. Ketika anak dikondisikan demikian, maka akan terbentuk konsep diri yang positif pada dirinya, sehingga anak termotivasi menjadi seperti yang diharapkan. Anak yang tumbuh dalam suasana keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang akan lebih percaya diri dalam menghadapi kehidupan di kemudian hari.
Keenam: Di tengah kesibukan anggota keluarga sehari-hari, penting untuk menyempatkan rekreasi bersama. Rekreasi tidak identik dengan wisata yang mengeluarkan biaya mahal, tetapi cukup dengan berkumpul di tempat yang santai, bersenda gurau bersama dan melepaskan segala rutinitas yang melelahkan. Kegiatan ini juga bisa dilakukan di rumah, misal dengan berkebun, olahraga, menonton tayangan, bermain air, bahkan sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci atau mengepel. Intinya kegiatan ini dilakukan oleh seluruh anggota keluarga dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Sesekali bisa saja diselipkan cerita lucu dan bermain tebak-tebakan. Seorang istri harus pandai memanfaatkan waktu, meskipun singkat, guna mengkondisikan kegiatan seperti ini. Kesegaran yang didapatkan, sangat membantu semuanya untuk kembali beraktivitas rutin di hari berikutnya.
Ketujuh: Hal yang tidak kalah pentingnya dalam keluarga adalah fungsi religius. Jika fungsi ini tidak terlaksana dengan baik, sebuah keluarga akan merasakan kegersangan batin, seberapapun tercukupi kebutuhan materi. Suasana ibadah dapat ditumbuhkan di tengah keluarga dengan terbiasa melakukan shalat berjamaah, tadarus bersama, shaum sunnah dan qiyamullail. Rasulullah saw. memuliakan suami istri yang terbiasa melakukan qiyamullail bersama, “Semoga Allah merahmati lelaki yang bangun malam, mengerjakan shalat dan membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan bangun, ia memercikkan air di wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun malam, mengerjakan shalat dan membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan, ia memercikkan air di wajahnya. (HR Abu Dawud dan Ibn Majah).
Subhânallâh! Betapa indahnya kebersamaan seperti ini, apalagi jika dilakukan oleh seluruh anggota keluarga. Seorang istri dapat membiasakan hal seperti ini di tengah keluarganya agar keluarga tersebut menjadi keluarga yang selalu dekat dan bertakwa kepada Allah Swt. Dengan demikian, setiap cobaan dan ujian yang menimpa keluarga akan dapat dihadapi dengan sikap sabar dan tawakal kepada Allah Swt.
Khatimah
Demikian tuntunan yang dapat dilakukan seorang perempuan dengan perannya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga untuk membawa keluarganya menjadi keluarga yang harmonis; sakînah mawaddah wa rahmah. Adanya kerjasama dengan suami akan sangat membantu tugas yang sangat berat ini.
Semoga Allah Swt. memberikan balasan atas setiap upaya yang kita lakukan dengan pahala yang berlipat ganda di sisi-Nya. Amin
Langganan:
Postingan (Atom)