Entri Populer

Minggu, 07 November 2010

Menjaga keharmonisan rumah tangga

Siapa pun yang telah melangsungkan pernikahan, tentunya menginginkan terbentuknya rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rohmah.
Sudah fithrah bahwa pria dan wanita diberikan rasa saling suka, simpati, rasa ketertarikan. Namun mampukah kita menjaga semua perasaan-perasaan itu, sesuai dengan jalan yang diridhoi Allah SWT? Apalagi sebagai orang beriman, kita harus yakin akan janji-janji Allah yang pasti benar. Seperti di dalam surat An-Nur ayat 26 yang menyebutkan bahwa “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula. Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga). Haruskah kita ragu dengan janji-janji Allah SWT? Ya semua berpulang pada keimanan kita masing-masing dalam meyakini janji tersebut. Kita harus yakin, bahwa Allah akan memberikan jodoh yang sekufu untuk kita, karena pasangan hidup kita adalah refleksi dari diri kita.
Lalu bagaimanakah kiat-kiat menjaga keharmonisan rumah tangga kita agar tetap sakinah mawaddah wa rohmah hingga kematianlah yang memisahkan kita dengan pasangan hidup kita sebagai berikut :
1.Berbagi visi dan cita-cita
Dalam menentukan pasangan hidup, tentunya di awal pernikahan kita harus benar-benar meluruskan niat kita. Apalagi bagi seseorang yang sudah memilih da’wah sebagai jalan hidupnya, maka selayaknya juga berharap pasangan hidupnya adalah seseorang yang juga memahami tentang makna da’wah itu sendiri. Dengan kata lain sefikrolah (satu visi dan misi, satu pemikiran). Agar nantinya lebih mudah dalam berkomunikasi dan menentukan arah dan langkah hidup selanjutnya. Tidak bisa dibayangkan, jika suami aktif da’wah mendapatkan seorang isteri yang tidak paham makna da’wah, atau sebaliknya, seorang isteri yang aktif da’wah mendapatkan pasangan hidup yang kurang memahami makna da’wah itu sendiri. Jika hal ini terjadi, tentunya akan sulit terbentuknya rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rohmah.
2.Saling percaya
Ini juga merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki para pasangan hidup. Kita harus bisa menjaga kepercayaan yang diberikan pasangan hidup kita. Jangan sekali pun mengkhianati perasaan pasangan kita. Jagalah kepercayaan ini dengan baik. Baik kita maupun pasangan hidup kita hendaknya berjalan lurus sesuai tuntunan agama, maka yang akan tumbuh adalah rasa saling percaya.
3.Saling menghargai
Dalam hal ini kita bisa mencontoh Rasulullah SAW yang begitu lembut dan menghargai para isteri beliau. Sampai-sampai, pada suatu hari Rasulullah SAW pulang larut malam dan tak dapat membuka pintu karena isteri Beliau tertidur di depannya,maka Rasulullah SAW memutuskan tidur di luar rumah, subhanallah.
4.Mudah memaafkan
Dalam hidup ini, tentu saja tak ada gading yang tak retak, maka jika salah satu diantara pasangan hidup kita berbuat salah, maka MAAFKANKAH, dan selesaikan semua persoalan sebelum pergi tidur.
5.Keterbukaan
Rumah tangga yang baik, sebaiknya menganut sistem manajemen keterbukaan. Jangan pernah ada sedikit rahasiapun diantara kita dengan pasangan hidup kita. Masalah keuangankah, masalah da’wahkah, masalah teman-teman fesbukkah, masalah sms-smskah, semua hendaknya kita ceritakan dengan pasangan hidup kita. Istilahnya tidak ada dusta diantara kita dan pasangan hidup kita tentunya.
6. Bersahabat dalam suka dan duka
Kebahagiaan suami adalah kebahagian kita, kesedihan suami juga kesedihan kita demikian sebaliknya. Hendaknya kita selalu bersama dengan pasangan hidup kita baik suka maupun duka.
7.Menerima kekurangan pasangan hidup
Di dunia ini, tentu saja tidak ada manusia yang sempurna. Apalagi manusia adalah tempat salah dan lupa. Rasanya kurang bijak, jika menganggap pasangan hidup kita seperti malaikat yang tak punya dosa. Yakinlah, di balik kekurangan pasangan hidup kita, pasti Allah SWT ciptakan berbagai kelebihannya. Jangan pernah sekali-kali membandingkan pasangan hidup kita dengan pasangan hidup orang lain. Yakinlah, pasangan hidup yang dipilihkan Allah untuk kita, adalah yang terbaik, Insya Allah.
8.Bersikap murah hati dalam kemesraan
Biasanya wanita lebih bersifat romantis dibandingkan seorang pria. Walaupun dari cerita seorang teman akhwat, justru suaminyalah yang lebih romantis. Tidak masalah, kalau suami kita tidak bisa romantis, ya kitalah sebagai isteri yang bersikap romantis atau sebaliknya. Jangan pernah pelit dengan kata-kata lembut, kata-kata sayang, love much, my honey. Bisa kita lakukan ketika bersms dengan suami kita, bisa juga dengan pertanyaan-pertanyaan perhatian, Mas, sudah makan belum?, atau ada yang bisa aku bantu, Mas?. Bisa juga di awal sms atau telepon, dengan kata-kata, Assalamu’alaikum say, sedang apa di kantor? Atau Abi, jangan lupa ya bawakan aku oleh-oleh ya, love much…(mengakhiri sms misalnya). Biasanya dengan kelembutan dan kasih sayang, semua akan menjadi cair dan akan bertambah rasa cinta dan sayang kita terhadap pasangan hidup kita.
9.Ciptakan kejutan bagi pasangan
Kadang-kadang kejutan yang kecil pun sangat bermakna bagi pasangan hidup kita. Misal pulang ceramah, kita belikan semangkok bakso dengan juice jambu kesukaannya, ataupun sebaliknya, pulang kerja, tiba-tiba suami kita belikan oleh-oleh martabak kesukaan kita, bisa juga majalah Ummi atau Tarbawi (terbaru misalnya). Bisa juga ketika suami pulang, sudah kita masakkan masakan kesukaannya. Dalam Islam memang tidak ada hari ulang tahun, namun tidak salahnya kita memberikan hadiah untuk pasangan hidup kita, bisa membelikan sebuah dompet, baju koko, atau kemeja kesukaannya. Jangan lupa ucapkan terima kasih atas pemberian tersebut, agar bertambah rasa syukur kita pada Allah SWT, yang telah menganugerahkan pasangan hidup untuk kita.
10.Ciptakan bulan madu kedua
Sesekali, ajaklah pasangan hidup kita, untuk berduaan saja tanpa anak-anak, untuk menikmati saat-saat indah berdua saja. Bisa makan berdua di luar rumah, dengan suasana romantis. Tidak perlu yang mahal kok, yang penting nilai kebersamaannya. Lalu bicaralah dari hati ke hati, jadilah pendengar yang baik, sampai pasangan kita menyelesaikan pembicaraannya Tataplah mata pasangan hidup kita dengan penuh cinta dan kasih sayang. Subhanallah, indah sekali, jika semua pasangan hidup bisa melakukan hal ini, rasanya tidak ada masalah yang tidak dapat dipecahkan di dunia ini. Yakinlah, Insya Allah setelah acara ini, irama hidup pasti berubah !.
11.Jangan sepelekan janji
Bila sudah berjanji dengan pasangan hidup kita, usahakanlah untuk menepatinya, biarpun untuk hal-hal yang kecil atau sepele. Seperti menjemput dari ceramah, atau mengantarkan ke dokter, misalnya. Tapi sebagai seorang isteri, kita pun harus menyadari tugas dan amanah da’wah yang diemban suami. Misalnya, sudah berjanji akan menjemput kita, namun tiba-tiba ada amanah da’wah yang jauh lebih penting, maka kita pun harus ikhlas untuk tidak dijemput.Hal ini bukan berarti pasangan hidup kita ingkar janji. Ya semua akan terasa indah manakala kita dapat memahami setiap pasangan hidup kita
Semoga " kutipan artikel " ini bermanfaat bagi kita semua, amin

Sayangilah aku hingga ujung waktu

Kalau kita berbicara tentang pernikahan, pasti semua mengharapkan yang enak-enak atau kondisi ideal. Normal aja dong, kalau mengharapkan kriteria ideal untuk calon pasangan hidupnya. Sang pemuda mengharapkan calon istri yang cantik jelita, keluarganya tajir, pinter, akhlak mulia, sholehah, dll. Begitu juga sang wanita ingin punya suami yang ganteng, kaya, sabar, pinter, bertanggung jawab, setia, akhlaknya memikat, dan sebagainya. Coba bayangin semua ini terjadi pada diri kita, wuah…surga dunia tuh! Siapa sih yang gak mau, iya gak?

Saat kita lanjut usia, rambut mulai satu-persatu rontok, raga pun perlahan rapuh dan sepuh, sang istri atau suami masih tetap setia mendampingi. Saat di pembaringan, ada yang mijitin pundak hingga kitapun tertidur pulas. Saat dingin menyerang rangkulan kekasih pun semakin erat, bersama saling menopang saat kaki-kaki kita semakin melemah. Kalau sedih ada yang menghibur, saat senang, apalagi, wuah…uendah nian.
Namun, menurut Hasan Al Banna, waktu itu adalah kehidupan, ia tak pernah berhenti sesaatpun, seiring waktu berlalu, istri semakin keriput dan endut. Tapi menurut sang suami, “Istriku masih yang tercantik,” sementara suami pun perutnya udah buncit, tapi menurut sang istri, “Engkaulah satu-satunya Pangeran dalam istana hatiku.”
Kebesaran Allah SWT pun selalu tampak di dalam rumah tangga. Setiap anggota keluarga melakukan sholat berjamaah, qiyamullail, membaca Al Qur’an, tasbih, tahmid, saling bertausyiah, bermaafan, menasehati, dan mengingatkan. Inilah hasil dari sepasang anak manusia yang menikah karena ingin mengharapkan ridho-Nya dan cita-cita Islam serta kemegahan ajaran-Nya. Inilah dia surga yang disegerakan sebelum surga yang kekal abadi.
Semua diatas adalah harapan setiap pasangan. Namun, tak jarang juga ditemukan dalam suatu keluarga yang terjadi adalah sebaliknya. Dari istri yang dibilang gak pinter mengatur rumah tangga, menjaga anak, atau suami yang selalu pulang malam tak peduli dengan anak dan istri, dan macam-macam lagi. Kata nista, kata-kata yang nyelekit, tuduhan, makian bahkan saling memukul, bisa juga terjadi pada sebuah keluarga, yang gini nih sepet banget! Rumah tangga serasa bagai hidup di neraka, tak ada ketenangan apalagi kasih sayang.
Emang ya, segala sesuatu itu bisa tak seindah bayangan semula. Ada bunga-bunga indah, namun cukup banyak juga onak dan duri yang siap menghadang. Karena itu, berbagai masalah kehidupan dalam lembaga pernikahan harus dihadapi secara realistis oleh setiap pasangan.
Apalagi hidup di zaman seperti sekarang ini memang tak mudah, namun Al Qur’an memberikan arahan dalam kehidupan berumah tangga, *”…. dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik….** [QS Ath Thalaaq: 6] *”….. *dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian, bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” **[QS An Nisaa’: 19] *
Seperti gading, tak ada yang tak retak, begitu juga manusia, tak ada yang sempurna. Setiap kita pasti ada kekurangannya, bisa saja seorang suami atau istri terlihat mempunyai satu kekurangan, namun kalau dipikir-pikir lebih banyak kelebihannya. Apakah kekurangannya saja yang diperhatikan oleh pasangannya atau kedua-duanya dengan pertimbangan yang adil?
Konflik dalam kehidupan rumah tangga juga tak jarang menyebabkan banyak pasangan kehilangan cinta yang dulunya mempersatukan mereka, dan Allah SWT juga telah memberikan arahan yang jelas, *”Hai orang-orang mu’min, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” **[QS At Taghaabun: 14]*
Karena itu, sesungguhnya dalam kehidupan berkeluarga yang kita harapkan adalah indahnya keampunan Allah dan surga-Nya, juga kasih sayang orang-orang yang terdekat dengan kita, yang setiap hari saling membutuhkan, karena itu ’sayangilah aku (pasangan hidupmu) hingga ujung waktu.’
Wahai akhi wa ukhti fillah, mari kita saling mendoakan ya, Semoga dengan kita mengambil panduan Al Qur’an dan sunnah Rasul-Nya serta contoh teladan dari keluarga Rasulullah SAW, akan semakin banyak rumah tangga yang tadinya kurang sakinah kembali menjadi sakinah, rumah tangga yang sakinah menjadi lebih sakinah, dan insya Allah pula saudara-saudara yang belum berumah tangga dikabulkan do’anya berupa pasangan hidup yang sholeh atau sholehah, *aamiin allahumma aamiin

Gaya orang tua mendidik anak

Memiliki seorang anak adalah suatu peristiwa yang bukan saja menyenangkan bagi seorang individu di dunia ini, melainkan juga merupakan peristiwa yang pasti akan merubah keadaan bagi mereka yang mengalaminya. Majalah Healthscoutnews telah mengungkap betapa besarnya peristiwa kelahiran seorang anak yang digambarkan sebagai sebuah peristiwa jatuhnya bintang kebahagiaan bagi keluarga yang mendapatkannya.
Seorang ibu telah mempersiapkan segalanya selama sembilan bulan sepuluh hari untuk proses penantian kedatangannya. “Kelahiran seorang anak ternyata akan membawa malapetaka sekaligus kebahagiaan” demikian kata Thimoty Galman dalam sebuah seminarnya. Psikolog dari Ukraina Utara ini telah sengaja menyebut malapetaka dengan kebahagiaan sebagai sesuatu yang datang bersamaan dalam kehidupan keluarga, di mana sang anak telah dilahirkan.
Sejak kelahirannya di dunia, orang tua telah memberikan sebuah benang harapan ( yang tentu saja sangat subjektif dan berdasarkan keinginan individual orang tuanya). Benang harapan tersebut akan terus membubung tinggi sejalan dengan obsesi orang tuanya.
Bahkan tidak jarang orang tua yang sudah memfonis anaknya bakal jadi presiden ketika anaknya dibawa pulang dari rumah sakit bersalin. Hal ini akan menunjukkan betapa obsesivitas orang tua akan selalu terbawa bersama kebahagiaannya ketika mereka mendapatkan anak mereka yang baru.
Tetapi ketika anak tersebut mulai besar, tak ubahnya sebuah kerupuk yang kena air. Obsesi mereka makin lama makin melempem. Semakin lama harapan mereka semakin sirna,di mana pada saat yang sama kenakalan demi kenakalan nampak pada anak-anak mereka. Mereka mulai menyadari betapa tidak semudah yang mereka duga sebelumnya, bahwa obsesinya tidak akan mudah terlaksana.
Psikologi Perkembangan Anak dan Permasalahannya

Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yakni:

  1. Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb)
  2. Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)
  3. Maladjustment / Penyimpangan perilaku
  4. Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda
Keempat masalah di atas sedikit banyak akan mempengaruhi hubungan antara anak dan orang tuanya. Walaupun keduanya menyadari bahwa mereka memiliki masalah, namun tampaknya mereka (baik orang tua maupun anak) cenderung untuk saling mempertahankan hak-hak mereka , dan bukan mempertahankan kewajiban mereka.
Orang tua dan Permasalahannya

Orang dewasa pada dasarnya memiliki problem yang sama berkaitan dengan hubungan mereka dengan putra/putrinya yakni:

  1. Unexperience syndrome, karena mereka baru benar-benar belajar menangani seorang anak justru pada saat mereka benar-benar memiliki anak.
  2. Unexpected Action, Orang dewasa lebih sering melakukan tindakan-tindakan yang secara tidak sadar sebenarnya bertentangan dengan keinginan yang sebenarnya.
  3. Accidental crime, Orang dewasa lebih sering melakukan tindakan yang diluar batas kemanusiaan justru pada saat ia melihat anaknya memerlukan bantuannya.
Kondisi seperti inilah yang kemudian oleh Sally North disebut sebagai sebuah "kebingungan alamiah" (Natural Crowded). Kebingungan alamiah inilah yang kemudian akan menjadi sumber "malapetaka" menurut Thymoty Galman.
"Banyak orang tua yang merasa khawatir kalau anaknya akan terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya yang penuh dengan kesukaran dan bahaya, serta hal-hal yang kotor. Mereka menahan anak-anaknya supaya di rumah saja tidak boleh bermain atau bergaul dengan anak-anak lain."
Natural Crowded dan Manipulasi

Kebingungan alamiah telah membuat orang tua serba salah dalam mengelola putra/putrinya. Ketika mereka bermaksud untuk melindunginya, orang dewasa memiliki kecenderungan untuk melakukan manuver-manuver yang justru membuat putra/putrinya menjadi sangat tidak aman dan semakin membutuhkan perlindungan atau dengan kata lain tidak dapat mandiri.
Perlu dicatat bahwa hubungan antara orang tua dengan anak sangatlah vertikal. Dalam konteks ini orang dewasa akan menjadi sebuah basis kekuasaan yang tentu akan memunculkan hak kekuasaan yang tiada batasnya terhadap anak-anak mereka.

Di negara-negara maju hubungan antara orang tua dengan anak menjadi benar-benar horisontal sejalan dengan usia anak tersebut menjadi dewasa (16 sampai 17 tahun). Di negara-negara Asia sampai pada usia 22-25 tahun. Di Indonesia rata-rata hubungan horisontal baru dimulai pada individu saat ia berusia 32 tahun.
Hubungan vertikal ini akan menyebabkan terjadinya pola bentuk kekuasaan antara orang dewasa dengan anak pada khususnya. Manipulasi akan sering terjadi manakala hubungan yang terjadi menjadi begitu tidak harmonis. Manipulasi akan dilakukan oleh orang dewasa untuk mengantisipasi kebingungannya dalam mengelola anak-anak mereka.
Manipulasi dalam konteks diatas dapat dikonotasikan dengan sebuah usaha untuk melakukan sesuatu hanya dengan satu tujuan yakni untuk kepentingan pelakunya dan tanpa mempedulikan kepentingan individu yang diperlakukannya.

Ketika orang dewasa melakukan manipulasi, maka ia akan menggunakan dan atau mengendalikan, dan mengembangkan serta memakai cara-cara tertentu untuk kepentingannya secara subjektif tanpa melihat kepentingan subjek lainnya. Sangat disayangkan bahwa manipulasi selalu akan menimbulkan penderitaan bagi individu yang dimanipulir.
Peran Bangsa dan Lembaga Pendidikan
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan kualitas diri individu, terutama dalam menentukan kemajuan pembangunan suatu bangsa dan negara. Tingkat kemajuan suatu bangsa tergantung kepada cara bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia yang berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada calon penerus dan pelaksana pembangunan.

Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang bertanggung jawab dan berkompetensi penuh atas proses pendidikan. Lembaga pendidikan wajib menyediakan berbagai fasilitas dan memenuhi kebutuhan peserta didiknya dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
Cara 
Mendidik AnakPeran Keluarga dalam pendidikan anak
Sedangkan keluarga adalah merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapat pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertinggiyang bersifat informal dan kodrat. Pada keluarga inilah anak mendapat asuhan dari orang tua menuju ke arah perkembangannya.
Cara mendidik anak
Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal pertama, di mana mereka hidup, berkembang, dan matang. Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali diajarkan pada pendidikan. Dari pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan pengalaman, kebiasaan, ketrampilan berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu pengetahuan.

Sayangnya, banyak orang tua yang tidak tahu bagaimana cara mendidik anak yang baik bagi pertumbuhan optimal anak. Akibatnya, anak pun tumbuh tidak sebagaimana yang diharapkan.

Dari semua penjelasan diatas perlu untuk diketahui bahwa mendidik anak baik dalam hal penerapan pola asuh, pendidikan dan juga dalam memahami anak, sangatlah wajib hukumnya untuk diketahui bagi ayah/bunda. Apapun latarbelakang ayah/bunda...

Mari Kita Merenungkan Bersama, Kadang Begitu Berat Tanggung Jawab Kita Sebagai Orangtua

Kadang kita sebagai orangtua sering kali dihadapkan dengan suatu permasalahan tentang putera/puteri kita. Banyak hal yang selalu membuat kita kadang merasa bingung, kawatir, dan tidak tahu harus berbuat apa untuk mendidik dan mengarahkan mereka.
Bahkan kita sampai kelepas emosi dalam mendidik mereka. Tidak jarang pula dari kita juga berkata keras pada mereka, Kita merasa mereka sangat sulit untuk diarahkan. Biasanya, kita pun pernah mengalami hal seperti ini :
  1. Mengalami kebingungan dalam menghadapi dan mendidik anak
  2. Merasa Bingung dalam mengatasi permasalahan perilaku, belajar dan prestasi anak
  3. Merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam memberikan perhatian pada anak
  4. Merasa tidak tahu bagaimana menjadi teladan dan apa yang patut dicontoh bagi anak
  5. Merasa bingung antara komitmen pekerjaan dengan keluarga dan anak
  6. Tidak tahu mengenai pendidikan anak
  7. Perasaan kawatir dengan perkembangan anak dan pendidikan anak
  8. Sering merasa jengkel dan emosi dengan perilaku anak
  9. Tidak tahu bagaimana mengoptimalkan potensi anak
  10. Kewalahan menghadapi anak dan mendidik anak
Semua itu adalah perasaan yang kadang mendera kita sebagai orangtua dalam menghadapi anak kita di waktu pagi, siang dan malam. Masa depan, pendidikan, perilaku, dan perkembangan anak adalah hal yang perlu kita ketahui dan pelajari. Agar anak kita nantinya menjadi anak yang sholeh, taat pada agama, sopan, baik, pintar, berbakti pada orang tua, bermanfaat bagi orang lain , sukses, bahagia dan lain-lain.
 

Kamis, 04 November 2010

aku memilihmu

Aku memilihmu…
Untuk menemani di kala siang tak bermentari
Saat malam tak berbintang
Agar dapat terangiku dengan senyuman
Aku memilihmu…
Saat terik sinar menyengat dan membakar
Ketika bulan sabit atau purnama
Untuk temaniku menyusuri dunia
Aku memilihmu…
Dengan hati yang tak memilih waktu
Sepenuh cinta tanpa masa
Semenjak harap masih mendengung hampa

3 hari dalam hidup kita

Hari pertama : Hari kemarin.
Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang Kita rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat dan beristirahat dengan tenang;
lepaskan saja…

Hari kedua : hari esok.
Hingga mentari esok hari terbit,
Kita tak tahu apa yang akan terjadi.
Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari.
Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba; toh belum tentu esok hari Kita merengkuhnya
biarkan saja…
Yang tersisa kini hanyalah hari ini.
Pintu masa lalu telah tertutup,
Pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri Kita untuk hari ini.
Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila Kita mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari.
Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit.
Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang ta kan abadi.
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada Kita.
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti.
Ingatlah bahwa Kita menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri Kita sendiri
Jadi, jangan biarkan masa lalu mengekangmu, mengkerdilkan hatimu,
jangan biarkan masa depan membuatmu bingung,
lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan sekarang juga

Bicaralah dengan bahasa hati

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari hati anda.
Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.

Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.
Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan
merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai
gula-gula dan kata-kata manis. Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.
Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan anda
Mulailah bicara dengan bahasa hati
belajarlah memberi seperti apa yang anda minta dari orang lain..




Senin, 01 November 2010

Untuk tumbuh memerlukan pupuk

Cinta merupakan percikan Rahmat dari Sang Pencipta
Dianugerahkan pada setiap insan yang jernih hatinya
Makin lembut tutur katanya, makin jernih hatinya
Sebab tutur kata adalah cermin dari hati insan manusia
pernikahan bagaikan pohon yang benihnya ditanamkan Sang Pencipta ke dalam hati manusia. Buahnya adalah kebahagiaan. Batangnya kesetiaan. Akarnya pengorbanan. Jangan pernah berharap pohon cinta itu berbuah sebelum tumbuh subur, besar dan kokoh.
Maka pupuklah pohon cinta itu dengan ucapan lembut. Agar cepat besar lalu berbuah. Tutur kata lembut sangatlah penting dalam kehidupan rumah tangga. Perkataan lembut meringankan beban hati. Perkataan lembut menghilangkan rasa curiga dan pemikiran buruk. Perkataan lembut menciptakan suasana hangat dan mesra. Perkataan lembut menciptakan susasana saling menghargai dan menghormati. Perkataan lembuat adalah cerminan ahlak mulia. Perkataan lembut adalah pilar dari kerendahan hati. Perkataan lembut menjauhkan dari sikap sombong dan ingin menang sendiri. Perkataan lembut lebih dekat kepada sikap pemaaf dan sabar.
Ketika kekasih khilaf dan berkata-kata dengan nada tinggi, jangan membalasnya dengan meninggikan suara pula. Sebab yang demikian itulah yang diinginkan syetan. Nada tinggi dibalas dengan nada tinggi hanya akan memperkeruh suasana. Memperpanas hati. Membakar emosi. Meluapkan amarah. Dan akhirnya berujung pada pertikaian. Dan ingatlah, setiap pertikaian selalu meninggalkan sayatan pada pohon cinta. Maka jika ingin pohon cinta kalian tetap utuh wahai para pecinta, maka hindarilah pertikaian yang seringkali diawali dengan perang nada tinggi ini. Maka balaslah nada tinggi kekasih dengan nada lembut. Jagalah hati agar tetap dingin. Jangan terpancing oleh luapan emosi sesaat. Salah satu cara menghindari amarah adalah engkau berwudlu. Sebab syetan-syetan spesialis pembangkit amarah yang mengelilingimu akan lari tunggang langgang ketika engkau berwudlu lalu berdo’a memohon perlindungan kepadaNya. Ketika kekasih melihatmu tetap tenang dan kalem, tentunya nuraninya akan bangkit dan mengingatkan dirinya sendiri untuk lebih terkendali dan menurunkan nada tingginya.